Eks Napi Sukamiskin: Meski Dilarang, Laptop di Sel Itu Wajar

Eks Napi Sukamiskin: Meski Dilarang, Laptop di Sel Itu Wajar

Ibad Durohman - detikNews
Kamis, 26 Jul 2018 13:43 WIB
Patrice Rio Capella (Ari Saputra/detikcom)
Jakarta - Mantan narapidana penghuni Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Sukamiskin, Patrice Rio Capella, menilai laptop di sel terpidana korupsi adalah hal yang wajar. Soalnya itu adalah kebutuhan sejumlah napi korupsi.

"Itu walaupun dilarang, ya itu wajar lah," kata Patrice kepada detikcom, pekan lalu.


Fasilitas tambahan itu dia anggap bukan barang mewah. Itu adalah alat untuk mencatat segala sesuatu. Apalagi untuk napi yang memang terbiasa menulis, maka laptop menjadi satu kebutuhan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Karena kan yang ditahan di situ itu ada mantan wakil rektor, ada misalnya Andi Malarangeng yang suka nulis, nah biasanya yang bawa laptop itu mereka untuk mengisi hari-hari dengan menulis," kata Patrice.


Kadang-kadang, laptop juga digunakan untuk mencatat rapat blok sel. "Jadi bagi mereka itu bukan barang mewah, ya itu biasa saja itu kesehariannya," kata Patrice.

Apalagi untuk napi yang sudah dipidana mati, menurutnya kebutuhan komunikasi dengan dunia luar tidak boleh dihalangi. Meski begitu, Patrice mengaku tak membawa laptop ke sel.

"Buat yang divonis seumur hidup itu laptop perlu sekali buat komunikasi sama anaknya kan di luar negri, dia email-emailan kan dia sudah dihukum, kan buat kebutuhan keseharian, bukan barang mewah," tuturnya.


Sebelumnya, Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly mengomentari keberadaan laptop dan tablet yang ada di sel OC Kaligis, salah satu terpidana penghuni Sukamiskin. Yasonna merasakan ada dilema soal boleh-tidaknya alat elektronik yang bisa digunakan untuk berkomunikasi itu.

"La ini dilema ini, soal iPad, tablet," kata Yasonna di acara Mata Najwa yang disiarkan Trans 7, Rabu (25/7/2018).

Dia membandingkan terpidana yang membawa gawai (gadget) ke sel saat ini dengan tahanan politik masa lalu yang membawa alat tulis hingga mesin ketik ke sel. Yang penting, tablet hingga laptop itu tidak terkoneksi dengan internet sehingga bisa digunakan untuk berkomunikasi dengan dunia luar.

"Aturanya tidak boleh, tetapi buat seorang penulis, buat seorang pemikir, dulu Bung Karno menulis, dulu pakai pulpen, kemudian pakai mesin ketik, karena itu exercise of mind," tutur Yasonna.

(dnu/dnu)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads