"Nggak (ngirim uang jajan) kan nggak ada yang dikirim. Paling suka dikirim sama kakak, nggak sering sih, kalau misalkan lagi ada mungkin sebulan dikasih gitu," kata Herayati kepada detikcom, Selasa (24/7/2018).
Selama kuliah, biaya hidupnya ditanggung oleh beasiswa yang ia dapat dari pemerintah. Hera sendiri bisa kuliah di ITB melalui jalur Bidikmisi. Ia mengaku per bulan dapat Rp 950 ribu dari pencairan dana beasiswa tersebut.
"Kan Bidikmisi per bulan dia biaya hidupnya itu dia ngasih per bulan Rp 950 ribu per bulannya. Alhamdulillahnya ada beberapa dapat bantuan pendidikan untuk biaya kost," ucapnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hera menceritakan, pendapatan bapaknya, Sawiri (66) sebagai seorang pengayuh becak hanya Rp 20 ribu per hari. Uang itu digunakan untuk makan sehari-hari untuk membeli tempe dan sayur.
Selain itu, Sawiri juga sebelumnya bekerja sebagai tukang kebun di rumah salah seorang pejabat Krakatau Steel di komplek KS dekat pangkalan becak. Namun, majikannya saat ini sudah pensiun hingga pekerjaan membersihkan kebun jarang dilakoni.
"Iya, jadi dulu kan punya majikan begitu yang anaknya dianter jemput. Nah kan sekarang mereka udah pindah rumah gitu udah mau pensiun di KSnya, jadi rumah dinas yang di KS itu ditinggal nah itu tuh diurus sama pembantunya, tapi untuk tamannya bapak yang nyapu-nyapu," tuturnya. (asp/asp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini