Tangis dan Senyum Anak-anak Rohingya Saat Khitanan Massal

Tangis dan Senyum Anak-anak Rohingya Saat Khitanan Massal

Nabila Nufianty Putri - detikNews
Selasa, 24 Jul 2018 12:46 WIB
Foto: Dok ACT
Jakarta - Bingkisan baju dan sarung, seperangkat pemberian dari masyarakat Indonesia beberapa hari yang lalu telah melukiskan senyum keceriaan terutama dari anak-anak Rohingya. Hal tersebut dikarenakan banjir besar yang melanda hampir seluruh wilayah Bangladesh selama berminggu-minggu.

Aksi Cepat Tanggap (ACT) bersama tim dokter di Bangladesh telah menggelar program khitanan massal disertai bingkisan hadiah tersebut untuk anak-anak pengungsi Rohingya di Cox's Bazar, Bangladesh, Rabu-Sabtu (18-21/7/2018).

Dalam ajaran Islam sendiri, khitan merupakan perintah wajib bagi kaum laki-laki, sedangkan untuk kaum perempuan hanya dianjurkan. Dan pada umumnya khitan diperuntukkan pada anak-anak usia balita hingga remaja. Sehingga khitan massal sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia, terutama bagi kaum muslim.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Alhamdulillah, selama 4 hari itu, kami tim dokter ACT telah mengkhitan sebanyak 101 anak pengungsi Rohingya di Bangladesh. Antusias anak-anak di sana untuk berkhitan ternyata sangat besar," tutur dr. Andre, salah satu relawan dokter ACT asal Indonesia dalam keterangan tertulis, Selasa (24/7/2018).


Dr. Andre yang juga menangani langsung prosesi khitanan massal itu menerangkan, bahwa sama seperti anak-anak pada umumnya, mereka yang dikhitan akan menangis ketika diberi obat bius.

"Wajar ada tangisan dari mereka saat disuntik, namanya anak-anak. Selesai prosesi, mereka kembali normal. Tidak buat takut anak yang lainnya juga, justru antrean semakin panjang," kata dr. Andre.

Ia memaparkan Kamp. Thengkhali terkendala aliran listrik yang sering padam terlebih udara yang menjadi panas didalam klinik membuat program khitan massal hari pertama dan hari kedua dialihkan ke Kamp. Kutupalong.

Tangis dan Senyum Anak-anak Rohingya Saat Khitanan MassalFoto: Dok ACT

Dr Andre melanjutkan, sebenarnya ketersediaan listrik di Kamp Kutupalong mengalami kendala yang sama, namun melihat antusiasme anak-anak semakin besar, tim dokter menyiasatinya dengan pemberian solar panel untuk menopang pencahayaan dan menormalkan suhu udara di dalam madrasah.

Kurangnya peralatan serta lokasi kondisi yang kurang kondusif menjadi tantangan tersendiri bagi dr Andre dan tim dokter lainnya yang baru pertama kali melakukan prosesi khitan di kamp pengungsian.

"Sebisa mungkin, bagaimanapun caranya semua harus tetap steril. Meski kondisinya habis banjir, listrik tidak memadai, ya kami berusaha untuk tetap steril," jelasnya.


Para orangtua juga melimpahkan syukur atas program bantuan khususnya khitan bagi anak-anak.

"Terima kasih untuk ACT atas segala bantuannya, kami berharap akan ada khitanan lagi karena ini sangat baik untuk anak-anak kami," ujar Sulaeman, salah satu orang tua yang anaknya turut dikhitan.

Melalui khitan massal untuk anak-anak Rohingya yang jauh dari kata merdeka menjadi salah satu cara bangsa Indonesia untuk berbagi kebahagiaan dalam menyambut Hari Anak Nasional yang jatuh pada Senin (23/7). (ega/ega)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads