"Semuanya memiliki kelayakan, termasuk Pak Ahmad Heryawan. Kan yang akan kita dudukkan adalah koalisi. Setelah itu koalisi akan bersama-sama membicarakan cawapres, ada A, ada B, ada C, ada D, E, dan seterusnya. Kita timbang semua berdasarkan pertimbangan dan perhitungan politik. Setelah itu baru kita putuskan, setelah itu kita umumkan, baru mendaftar," kata Muzani di kantor DPP Gerindra, Jalan RM Harsono, Jakarta Selatan, Kamis (12/7/2018).
Dia mengatakan proses penentuan cawapres Prabowo hampir sama dengan proses penentuan cawapres Presiden Joko Widodo (Jokowi). Ada sejumlah pertimbangan yang dilakukan untuk mengerucutkan nama cawapres.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Muzani juga mengatakan, jika ada partai, misalnya PKS, yang ingin kadernya jadi cawapres Prabowo, itu merupakan hal wajar. Menurutnya, keberadaan kader partai yang menjadi cawapres bisa memberi efek ekor jas (coat-tail effect) terhadap perolehan suara pileg.
"Saya tegaskan bahwa saya kira apa yang dikehendaki oleh PKS bagaimana kadernya menjadi cawapres sesuatu yang lumrah. Karena ini adalah presiden pilihan langsung bersamaan dengan pileg. Kalau satu partai ingin kadernya maju sebagai cawapres atau capres adalah wajar karena harapannya dapat coat-tail effect," ucapnya.
"Kami memahami itu. Persahabatan Gerindra dan PKS sudah lama. PKS menunjukkan suatu loyalitas dan kerja sama yang bagus dalam lima tahun terakhir," sambungnya.
Namun Muzani belum mau menyebut siapa yang bakal menjadi cawapres Prabowo. Ia juga mengaku tak tahu apakah ada kesamaan antara sosok yang ingin dipinang PDIP sebagai cawapres Jokowi dengan sosok yang digadang-gadang sebagai cawapres Prabowo.
"Saya nggak tahu PDIP menargetkan siapa. Tapi, kalau kemudian belum bisa dilakukan karena namanya koalisi, koalisi itu harus bisa duduk bareng, bicarakan sesuatu yang bareng-bareng bisa kita usung," tuturnya. (haf/idh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini