Aa Gym Minta Setop Cebong-Kampret, Hanura: Aa Kamana Wae?

Aa Gym Minta Setop Cebong-Kampret, Hanura: Aa Kamana Wae?

Indra Komara - detikNews
Senin, 09 Jul 2018 09:18 WIB
Foto: dok. pribadi
Jakarta - Partai Hanura mempertanyakan sikap KH Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) yang baru sekarang menyoroti istilah 'cebong-kampret' bagi pendukung tokoh politik. Padahal istilah tersebut sudah ada sejak 2014 silam.

"Aa Gym kamana wae (ke mana saja)? Sejak 2014 istilah cebong diberikan kepada pendukung Jokowi, tapi si Aa diem aja, bahkan bisa jadi sering mendengar sambil tersenyum," kata Ketua DPP Hanura Inas Nasrullah Zubir kepada detikcom, Minggu (8/7/2018).

Inas menilai istilah cebong semakin kentara setelah ada aksi bela Islam. Sehingga ada dua kelompok pendukung tokoh yang mengunggunakan istilah negatif untuk mem-bully. Dan, Inas menanggap Aa Gym tersinggung sehingga baru menyoalkan istilah 'Cebong-Kampret'.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Istilah kampret muncul setelah berbagai aksi bela Islam, dimana dalam grup-grup WA sebutan cebong kepada pendukung Jokowi lagi santer-santernya. Tapi setelah kelompok yang anti-Jokowi mendapat sebutan bani kampret, kelihatannya si Aa teh tersinggung lalu mulai mempersoalkan dengan sebutan gelar buruk," papar Inas.

"Jangan begitu atuh Aa, santai aja dalam menanggapi dinamika politik sekarang ini," lanjutnya.

Tonton juga 'Aa Gym: Jika Niat Baik, Calon Pemimpin Jangan Takut Kalah':



Sebelumnya, dalam Kajian Tauhid di Masjid Istiqlal, Aa Gym meminta kepada masyarakat jangan menyebut orang dengan gelar yang buruk, termasuk memanggil 'kecebong' atau 'kampret'.

"Jadi jangan panggil dengan gelaran yang buruk. Yang satu panggil kecebong, yang satu panggil kampret," kata Aa Gym, dalam acara Kajian Tauhid, di Masjid Istiqlal, Jakarta, Minggu (8/7).

Aa Gym Minta Setop Cebong-Kampret, Hanura: Aa Kamana Wae?
(idn/rvk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads