LSI Jelaskan Beda Hasil Survei dan Quick Count yang Disoal Fadli

LSI Jelaskan Beda Hasil Survei dan Quick Count yang Disoal Fadli

Tsarina Maharani - detikNews
Jumat, 29 Jun 2018 15:44 WIB
Ilustrasi hitung cepat (Foto: Pradita Utama/detikcom)
Jakarta - LSI Denny JA menjelaskan soal perbedaan hasil survei dengan hasil quick count pilkada serentak 2018 yang disoal Wakil Ketua Umum Gerindra Fadli Zon. Menurut LSI, perbedaan itu tak bisa dihindari.

"Kalau quick count kita men-sampling fakta, jadi berupa angka perolehan di TPS masing-masing. Nggak mungkin ada biasnya," kata peneliti senior LSI Denny JA, Rully Akbar kepada wartawan, Jumat (28/6/2018).

"Sementara kalau di survei itu hanya memotret persepsi. Nah itulah yang menjadi perbedaan di angkanya seperti itu," imbuhnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Rully menjelaskan perbedaan hasil antara survei dan quick count bisa disebabkan berbagai faktor. Salah satunya kondisi atau situasi di lapangan menjelang hari pemilihan.

"Ada yang sudah memberikan statement langsung mendukung A, B, C tapi masih ada juga yang jawab tidak tahu, tidak jawab, ada juga yang masih merahasiakan. Lalu masih ada banyak faktor juga yang terjadi di hari tenang," sebut Rully.

Dia mencontohkan misalnya kasus money politics, pembagian barang, atau isu personal yang digunakan untuk menyerang lawan. Jika terjadi, hal-hal ini dinilainya bisa memengaruhi partisipasi pemilih.

"Pasti ada temuan di berbagai daerah perlakuan dari tim mengenai money politics kah, pembagian barang kah, atau isu-isu yang dikeluarkan untuk menghancurkan lawan yang sifatnya personal, segala macem. Ini kan pasti juga akan memengaruhi baik partisipasi pemilih maupun keyakinan orang untuk memeiih kandidat itu," paparnya.

Rully pun meyakinkan bahwa data yang dirilis lembaga survei bisa dipertanggungjawabkan. Dia menyebut tiap lembaga survei memiliki standar metodologi dalam melakukan penelitian.


"Kalau data hasil survei yang kita anggap lembaga profesional dan sudah masuk asosiasi riset otomatis sudah punya metodologi yang kita anggap sama. Ini bisa dibuktikan nanti di quick count," tuturnya.

Dia mempersilakan masyarakat mengecek dan membandingkan hasil perolehan suara di pilkada serentak 2018 versi KPU dan quick count versi lembaga survei. "Bisa dicek juga kan (di web KPU). Itu sebagai bukti pertanggung jawaban dari lembaga lembaga survei yang kemarin sudah melakukan quick count," ucap Rully.

Sebelumnya, Fadli Zon mengkritik lembaga survei dan membandingkannya dengan dukun. Salah satu penyebab kritik itu adalah perbedaan tajam antara hasil survei dengan hasil quick count terhadap suara yang diraih oleh pasangan Sudrajat-Ahmad Syaikhu di Pilgub Jabar.

"Harus dievaluasi keberadaan mereka. Metodologi mereka itu tidak bisa akurat lagi, prediksi mereka jauh," kata Fadli Zon, di DPR RI, Senayan, Jakarta.

"Lebih hebat dukun saya kira dari lembaga survei, dan mereka bisa dianggap sebagai penyebar hoax gitu lho. Karena secara scientific tidak terbukti," imbuh Fadli (haf/haf)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads