Prabowo disorot karena pernyataannya yang menyebut biaya pembangunan LRT di Indonesia sangat mahal. Menurutnya, biaya pembangunan LRT di Indonesia jauh lebih tinggi dibandingkan negara-negara lain.
Prabowo menyampaikan pernyataan itu dalam acara silaturahmi kader di Hotel Grand Rajawali, Palembang, Kamis (21/6). Menurutnya berdasarkan riset indeks pembangunan LRT di dunia, biaya pembangunan untuk LRT berkisar USD 8 juta/km. Sedangkan di Palembang, yang memiliki panjang lintasan 23,4 km, biayanya hampir Rp 12,5 triliun atau USD 40 juta/km.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Fahri Hamzah pun ikut curiga menduga ada mark up di proyek LRT. Dia mempertanyakan kenapa tiang LRT tinggi-tinggi.
"Curiga saya itu. Orang curiga. Saya juga curiga," kata Fahri Hamzah di kompleks DPR RI, Senayan, Jakarta, Senin (25/6/2018).
Menurut Fahri, pembangunan LRT di Indonesia terlihat ganjil. Keganjilan, menurutnya, pada pembangunan tiang pancang LRT yang disebutnya terlalu tinggi.
"Kenapa bikin LRT tiangnya tinggi-tinggi, ya kan? Bikin saja LRT di bawah tanah. Supaya nggak perlu ada biaya tiang. Tiangnya tinggi-tinggi, mahal banget itu," ujarnya.
Selain berbahaya, Fahri mengatakan, dari informasi yang didengarnya, pembangunan tiang pancang yang tinggi itu sebetulnya tidak diperlukan. Ia pun meminta dilakukannya audit terhadap anggaran pembangunan LRT.
"Ada analisis kalau itu tidak diperlukan di situlah terjadi tambahan biaya. Jadi saya dengar ini bukan cuma di Palembang. Tapi di seluruh tempat yang dibangun tiang-tiang itu di situ ada tambahan biaya yang harus diantisipasi," kata Fahri.
Biaya Pembagunan LRT Indonesia vs Dunia, Simak Videonya:
Tudingan Prabowo ini sebelumnya telah dibantah oleh Kepala Proyek LRT Palembang Mashudi Jauhar. Mashudi menyebut biaya pembangunan LRT Palembang sudah sesuai harga pasar, mengingat konstruksi LRT yang diterapkan di Palembang merupakan konstruksi layang yang membutuhkan biaya tinggi.
Mashudi kemudian mencontohkan biaya pembangunan LRT di Malaysia dan Filipina.
"Di Malaysia, (rute) Kelana Jaya-Ampang 7,2 miliar yen/km (65,52 juta/km). Manila, LRT Fase 1 extension, 8,2 miliar yen/km (US$ 74,6 juta/km)," ujarnya Mashudi.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi juga menepis tuduhan Prabowo. Budi menegaskan pengelolaan APBN dilakukan hati-hati.
"Kita itu sangat berhati-hati mengelola dana APBN. Oleh karena itu, kita melibatkan banyak konsultan, terutama internasional, kita harapkan sangat governance. Kita melibatkan instansi-instansi yang berwenang. Menurut hemat saya, sinyalir (mark up) itu tidak benar," kata Budi di kantornya, Jl Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Sabtu (23/6).
Budi juga membantah proyek LRT kemahalan. Menurutnya pembangunan proyek LRT di Indonesia justru lebih murah dibandingkan dengan negara tetangga.
"Saya tidak tahu persis ya kalau nggak salah ada pengurangan 10% dari penawaran kontraktor, setelah itu dievaluasi oleh konsultan dari internasional," ujar Budi.
"Seperti dilaporkan, setelah dikomparasi, dibanding Malaysia dan Thailand, (biaya LRT) kita lebih rendah 5-10%," sambungnya menegaskan. (hri/idh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini