Begitu pula di Terminal Merak. Lalu lalang pemudik tujuan Sumatera tidak menunjukkan kepadatan. Kondisi tersebut bisa dikatakan ramai lancar dan tetap teratur. Dengan kondisi arus mudik yang lancar, ada yang mengeluh pendapatannya berkurang.
Seorang porter, Syaifudin (45) menceritakan, selama beberapa tahun berprofesi sebagai pengangkut barang bawaan pemudik, baru tahun ini ia mengalami pendapatannya berkurang. Tahun lalu ia justru meraup pundi-pundi rupiah dari jasa yang ia tawarkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Ngurangin sekarang, nggak seperti dulu. Kalau dulu rame sekarang berkurang di sana (loket tiket) juga nggak ada antrean," katanya di Merak, Rabu (20/6/2018).
Sekali angkut dari terminal ke pelabuhan Syaifudin mengaku mendapat upah Rp 20-25 ribu. Dengan besaran ongkos tersebut, sehari ia bisa mendapatkan sekitar Rp 100 ribu. Dalam sehari ia bekerja selama 12 jam.
"Ya dapet Rp 100 mah sehari. (Sistem kerja) aplusan sampai jam 06.00 WIB pagi, mulai jam 06.00 WIB pagi sampe jam 06.00 WIB pagi lagi," tuturnya.
Jika tahun ini ia sehari hanya dapat Rp 100 ribu, tahun lalu pendapatannya sehari bisa mencapai Rp 200 ribu. Ia menilai mudik kali ini lancar. Penumpang pejalan kaki pun tak seramai tahun-tahun sebelumnya.
![]() |
Dugaan dia, penumpang pejalan kaki sepertinya beralih ke kendaraan baik roda dua maupun roda empat. Dengan begitu, jasa yang ditawarkan juga semakin sedikit peminat.
"Mudik lancar memang bagus tapi pendapatan (porter) berkurang," singkatnya.
Saksikan juga video 'Kisah Porter Stasiun yang Banting Tulang Demi Lebaran':
(asp/asp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini