"Saya tidak bisa menutupi kemungkinan pengaruh elektabilitas Partai Golkar akibat berpindahnya Ibu Titiek," ungkap Ketua DPP Golkar Ace Hasan Syadzily dalam perbincangan, Selasa (12/6//2018).
Meski begitu, Golkar menilai kepindahan Titiek sebagai dinamika politik yang biasa. Hengkangnya elite partai, disebut Ace, sudah sering dialami Golkar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca Juga:
Golkar Bersih dari Trah Soeharto
Hanya, menurut Ace, hal tersebut tidak lantas membuat Golkar cuek. Keluarnya para elite partai, termasuk Titiek, dipastikan memiliki potensi terhadap perolehan suara Golkar.
"Bagi kami, potensi sekecil apa pun terhadap elektoral tentu perlu kami perhitungkan. Soal apakah berpengaruh atau tidak tentu memerlukan kajian yang mendalam," kata Ace.
"Terlalu arogan juga kalau saya katakan bahwa tidak begitu pengaruh. Sekali lagi, sekecil apa pun potensi elektoral perlu kami perhitungkan," imbuhnya.
Namun, menurut Ace, itu bukan berarti kiamat bagi Golkar. Sebab, ini bukan pertama kali trah Soeharto keluar dari Golkar untuk membentuk partai baru. Titiek sendiri hengkang untuk menyusul sang adik, Hutomo Mandala Putra (Tommy Soeharto), yang sudah terlebih dulu mundur dari Golkar dan membentuk Partai Berkarya.
Sebelum Tommy, anak sulung Soeharto, Siti Hardijanti Rukmana (Tutut), juga keluar dari Golkar dan mendirikan Partai Karya Peduli Bangsa (PKPB). Kini Golkar pun bersih dari trah Presiden RI ke-2 tersebut. Hilangnya trah Soeharto dianggap bisa mempengaruhi perolehan suara Golkar.
Baca Juga:
Tinggalkan Golkar, Keluarga Cendana Kumpul di Berkarya
"Partai Golkar pernah menghadapi masalah tersebut dengan adanya partai yang dibuat keluarga Cendana dalam pemilu sebelumnya, yaitu Partai Karya Peduli Bangsa (PKPB), alhamdulillah Partai Golkar tetap seperti sekarang," ucap Ace.
Titiek keluar dari Golkar karena merasa kecewa partai pimpinan Airlangga Hartarto itu tak lagi bisa kritis terhadap pemerintahan Presiden Joko Widodo. Hal tersebut lantaran Golkar kini merupakan partai pendukung pemerintah.
Akibat keputusannya, Titiek harus mundur dari keanggotaannya di DPR. Itu disebabkan Titiek maju di Pileg 2014 lewat Golkar.
Kepergian Titiek ini diperkirakan bakal menimbulkan kerugian pada Golkar. Salah satunya, Golkar berpotensi kehilangan suara di DIY.
Alasannya, Titiek merupakan satu-satunya anggota DPR Golkar dari Yogyakarta. Dalam Pemilu 2014, Golkar menempati posisi kelima di Yogyakarta dengan memperoleh 193.806 suara atau 9,42 persen.
Secara pribadi, Titiek memperoleh 61.655. Dengan berpindahnya Titiek ke Berkarya, Golkar bisa kehilangan suara para pemilih Titiek pada 2014.
Saat ini, sudah tidak ada lagi trah Soeharto di Golkar. Banyak elite yang menyayangkan keputusan Titiek. Hanya, bukan berarti Golkar dirugikan oleh hengkangnya Titiek ke Berkarya.
Saat ini, Golkar sedang membangun menjadi partai modern yang jauh dari korupsi dengan slogan 'Golkar Bersih'. Meski begitu, Golkar tetap tak bisa terlepas dari sejarah masa lalu, Soeharto yang dilengserkan saat reformasi.
Ace tak berpendapat lebih jauh mengenai hal tersebut. Dia hanya memastikan partainya tetap akan terus berbenah diri. Ace pun tak menjawab pasti apakah keputusan Titiek menguntungkan atau merugikan Golkar.
"Bagi Partai Golkar, soal ini bukan soal untung atau rugi. Idealnya, kita ini sekarang ingin terus membenahi Partai Golkar dengan membentuk citra positif di tengah berbagai isu korupsi," sebut dia.
Baca Juga:
Titiek Soeharto Gabung Berkarya, Ini Potensi Kerugian Golkar
"Selain itu, Partai Golkar mencoba untuk terus membangun partai modern dengan bukan hanya tertumpu pada kekuatan yang terbatas, tetapi juga berdasarkan atas merit system," tambah Ace.
Golkar, disebutnya, menghormati keputusan Titiek yang ingin menggabungkan kekuatannya dengan sang adik di Partai Berkarya. Golkar dan Titiek telah berpisah jalan. Namun Ace memastikan Golkar tak akan menjadi loyo karena ditinggalkan.
"Keputusan telah diambil oleh Bu Titiek. Kita hargai dan hormati keputusan tersebut. Bagi Partai Golkar, sekarang bagaimana bekerja dengan melakukan konsolidasi dan meraih kepercayaan masyarakat, terutama segmen masyarakat yang merupakan generasi milenial. Itulah tantangan kami," tutupnya. (elz/tor)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini