Cerita Jokowi Saat Diinterogasi Ulama soal Tudingan Antek PKI

Cerita Jokowi Saat Diinterogasi Ulama soal Tudingan Antek PKI

Ray Jordan - detikNews
Kamis, 24 Mei 2018 17:38 WIB
Presiden Jokowi (Rengga Sancaya/detikcom)
Jakarta - Presiden Joko Widodo bercerita soal tudingan antek Partai Komunis Indonesia (PKI) yang dialamatkan kepadanya. Dia membantah keras tuduhan tersebut.

Hal itu disampaikan Jokowi saat membagikan sertifikat tanah wakaf di Masjid Farid Arrohman, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, Kamis (24/5/2018). Penyerahan sertifikat itu dilakukan di ruang masjid setelah Jokowi melaksanakan salat zuhur.



SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di hadapan jemaah masjid dan penerima sertifikat wakaf, Jokowi mengatakan dirinya memang perlu blak-blakan mengenai tudingan itu. Sebab, jika tidak, isu itu akan terus menyerangnya.

"Memang ini saya sampaikan di mana-mana, menyangkut isu-isu yang langsung menuju ke saya. Langsung saya jawab, yang berkaitan dengan PKI. Saya harus blak-blakan, kalau tidak, nanti isunya muncul lagi," kata Jokowi.



Jokowi juga bercerita, dirinya pernah ditanyai langsung oleh salah seorang kiai pemimpin pondok pesantren mengenai tudingan tersebut. Kiai itu hendak mencari tahu kebenarannya alias tabayun langsung ke Jokowi.

"Pernah saya datang ke sebuah pondok pesantren, pak kiainya bisik-bisik ke saya minta bicara empat mata. Lah saya kaget, ada apa ini? Tapi saya yakin pasti bicara soal isu tersebut. Dan benar, beliau memohon klarifikasi, tabayun mengenai tuduhan PKI itu. Ya saya jelaskan," katanya.

Jokowi pun menganggap isu itu dialamatkan ke dirinya atas motif politik. "Jadi yang namanya politik itu jahatnya ya seperti itu," katanya.

Jokowi pun menegaskan tidak mungkin dirinya anggota PKI. Partai terlarang itu saja dibubarkan pada 1966, sedangkan Jokowi lahir pada 1961.

"Masak ada yang namanya PKI balita?" kata Jokowi.



Jokowi juga mengatakan,sangat mudah mencari tahu silsilah keturunan keluarga. Terlebih, kata Jokowi, di Solo banyak sekali ormas-ormas Islam yang bisa mencari tahu silsilah Jokowi dengan cepat dan mudah.

"Saya ini kan dari kampung, gampang sekali ngeceknya. NU, Muhammadiyah, Parmusi, ada cabang di Solo. Tanya saja di masjid dekat rumah orang tua saya, gampang sekali siapa kakek-nenek dan ibu-bapak saya. Nggak ada yang bisa ditutupi," katanya.

"Tapi kalau isu itu terus diproduksi, ya saya harus jawab. Supaya tidak berkembang terus. Saya nggak mau. Jangan sampai gampang curiga, gampang berprasangka jelek," imbuhnya.

Dia juga mengatakan masyarakat tidak mudah termakan isu-isu yang belum jelas kebenarannya di media sosial. Sebab, media sosial berbeda dengan koran atau TV yang memiliki saringan dalam penyiarannya.

"Kalau koran itu ada redakturnya. Kalau TV ada redaktur yang nyaring. Kalau medsos setiap orang bisa mengunggah. Tolong diklarifikasi, tolong ditanyakan ke yang lain sehingga ada penyaringan. Hati-hati yang namanya medsos banyak negatifnya daripada positifnya, banyak kabar bohong dari yang benarnya. Banyak omongan yang dipotong. Kalau kita percaya bisa keliru kita," jelasnya. (jor/dnu)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads