"Mereka diusir dari kontarakan itu Kamis (17/5) lalu. Nah dari Kamis sampai Senin (21/5) itu mereka tidur di masjid di Blok M," kata Nimun, petugas P3S Jakarta Timur saat dihubungi detikcom, Rabu (23/5/2018).
Hanry dan Zamirah sebenarnya dikaruniani 7 anak. Ketujuh anaknya yakni Habibillah, kelas 3 SMPN 19 Mayestik; Aulia kelas 6 SDN 05 Cilandak Timur; Aida kelas 5 SD; Agni kelas 3 SD; Aqli kelas 1 SD; kemudian Hamdan dan Hablan belum sekolah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun rupanya, mereka juga tidak bisa terus hidup di masjid. Pengurus masjid akhirnya menyewakan angkot agar mereka mendatangi kantor dinas sosial.
"Menurut keterangan dia, ada pengurus masjid nggak ingin keberadaan mereka di situ, kemudian disewain angkot untuk diangkut ke dinsos. Tapi bapak (suami Zamirah) ini nggak mau, malah dia minta diantar ke daerah Ciputat katanya mau ketemu sama Pak Tito, yang dulu ngontrakin rumah ke dia juga," jelasnya.
Di sebuah tempat di kawasan Ciputat, Hanry memutuskan untuk berhenti. Saat itu Hanry turun dari Angkot bersama satu anaknya.
"Pas suami dan satu anaknya ini turun dari angkot, si sopir ini malah langsung pergi dan membawa istri bersama 6 anaknya ke kantor polisi," tuturnya.
Di kantor polisi di kawasan Ciputat, Zamirah sempat diinterogasi. Barang bawaannya juga diperiksa. Sampai akhirnya, Zamirah diserahkan polisi ke Dinas Sosial Tangerang.
"Setelah diperiksa dipastikan aman, petugas polisi menyerahkan ibu ini sama anaknya karena banyak anaknya, diserahin ke Dinsos Tangerang," sambungnya.
Petugas Dinsos Tangerang kemudian melimpahkan Zamirah dan keenam anaknya ke Dinsos Jakarta Timur, mengingat Zamirah ternyata punya KTP Jakarta Timur. Petugas Dinsos Jaktim akhirnya menempatkan mereka di Panti Sosial Bina Kasih, Kemayoran, Jakarta Pusat.
"Sama suaminya belum ketemu," cetusnya.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini