"Merupakan pukulan sekali bagi kita yang sekarang sedang dengan gencarnya mengembalikan marwah universitas ini. Makanya, saya sangat kecewa dengan kejadian ini, karena kita sedang all out semuanya untuk membangun USU dan hasilnya sekarang sangat menggembirakan, dan kalau seperti ini kan termasuk juga mencoreng kerja keras kita," kata Runtung saat dihubungi detikcom, Minggu (20/5/2018).
Runtung mengaku sudah membaca status Facebook Himma. Dia telah menyampaikan ke Polda Sumut untuk mengusut tuntas kasus ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Runtung sangat menyayangkan kejadian ini. Apalagi, Menteri Riset dan Pendidikan Tinggi M Nasir sudah mengingatkan agar tidak melakukan ujaran kebencian.
"Saya sangat menyayangkan, karena dari setahun yang lalu Pak Menteri juga sudah memberikan kira-kira sinyal-sinyal kepada kampus, kepada para rektor, untuk mendeteksi secara dini adanya paham-paham radikalisme ataupun ujaran kebencian ini agar diambil tindakan, mohon dipantau terus katanya. Saya juga sudah undang pimpinan fakultas untuk... kita katakan selalu untuk perhatikan hal-hal seperti ini," tuturnya.
Polisi masih memeriksa dosen Ilmu Perpustakaan di Universitas Sumatera Utara (USU) bernama Himma Dewiyana Lubis alias Himma yang menyebut aksi teror di Surabaya sebagai pengalihan isu. Himma mengaku menulis itu karena terbawa emosi.
"Ya dia menyesal, pada saat interogasi ya, terbawa emosi dan sebagainya," kata Kabid Humas Polda Sumut Kombes Tatan Dirsan saat dihubungi detikcom, Minggu (20/5/2018).
Himma ditangkap di rumahnya di Jalan Melinjo II Komp Johor Permai, Kota Medan, pada Sabtu (19/5) sekitar pukul 16.00 WIB kemarin. Penangkapan ini karena ada laporan warga terkait status Facebook Himma soal bom di tiga gereja Surabaya.
"Skenario pengalihan yg sempurna... #2019GantiPresiden" tulis akun facebook Himma Dewiyana.
Berani sebarkan hoax terkait teror bom bakal ditindak tegas! Simak selengkapnya lewat video berikut:
(idh/tor)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini