"Politik selalu dinamis. Sebelumnya AHY juga bertemu Presiden Jokowi lalu sekarang bertemu Sandiaga Uno, saya kira itu komunikasi politik yang biasa. Tawar-menawar posisi dalam koalisi juga hal yang lumrah," ucap Irma lewat pesan singkat, Minggu (20/5/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Irma, sikap politik jadi tak etis jika ada parpol yang bermain dua kaki. Irma tak menyebut secara langsung partai yang dimaksud.
"Yang tidak etis itu jika berada dalam koalisi pemerintah tetapi tidak dukung pemerintah dan main dua kaki. Pragmatis itu namanya, cuma ingin enaknya sendiri tanpa mau berkeringat. Ikut yang menang, tidak punya pendirian," ucap Irma.
Irma mengatakan partai yang punya komitmen dalam bekerja untuk rakyat tak akan mencla-mencle. Sebab, partai yang berkomitmen tak hanya bertujuan cari kekuasaan, tetapi memikirkan NKRI yang lebih baik.
"Partai yang seperti ini pasti jauh dari strategi hoax dan SARA," kata dia.
Irma mengatakan jatuh bangun partai politik juga hal yang biasa. Menurutnya, hal yang paling penting adalah menjaga keutuhan NKRI.
"Bagi NasDem, kalah atau menang dalam kontestasi politik itu hal biasa, tetapi partai kami bertanggung jawab dengan pilihan yang kami yakini, meski kadang berisiko. Dan menurut kami memperjuangkan persatuan dan kesatuan bangsa demi keutuhan NKRI itu harga mati yang tidak bisa ditawar-tawar, apa lagi hanya dengan kedudukan dalam pemerintahan saja," ucap Irma.
Saat ini Demokrat memang belum menentukan sikapnya di Pilpres 2019. Pertemuan ini pun membuka peluang besar partai yang dipimpin Susilo Bambang Yudhoyono ini untuk berkoalisi bersama Gerindra-PKS.
Situasi ini terjadi seolah sebagai buntut reaksi SBY kepada Presiden Joko Widodo soal harga BBM di masa lampau. Sebagaimana diketahui, di Twitter sempat ramai tanda pagar (tagar) #SBYJelaskan ketika menanggapi pidato Jokowi. (jbr/dkp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini