Acara itu dihadiri Banser, Gusdurian, serta perwakilan dari berbagai umat Kristen, Hindu, Buddha, Islam, dan Katolik. Acara doa bersama itu juga digelar untuk menunjukkan persatuan antarumat beragama.
"Acara ini atas inisiasi seluruh umat lintas agama. Ada Parisada Hindu Bali, Konghucu, Katolik, Buddha, dan Islam juga hadir. Mereka meminta dibuat acara untuk menguatkan seluruh umat di Indonesia, pascateror bom," kata Ketua Umum Majelis Jemaat GKI Diponegoro, Theophilus Hage, Jumat (18/5/2018).
![]() |
Theophilus Hage mengatakan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menginstruksikan agar jemaat kembali melakukan aktivitas di seluruh gereja seperti biasanya. Diharapkan kebaktian tetap berjalan seperti biasa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, untuk memulihkan trauma jemaat atas tragedi bom di tiga gereja Surabaya, Theophilus juga mengelar kegiatan trauma healing.
"Kegiatan ini dilakukan untuk mengobati ketakutan-ketakutan di hati, untuk mengobati jemaat yang waktu tragedi bom berada di gereja," kata Theophilus Hage.
Selain itu, Theophilus Hage berpesan kepada seluruh umat agar saling mengasihi, meski berbeda keyakinan.
"Walaupun berat, kami juga harus mengasihi semua orang. Tuhan memberikan kekuatan untuk mengasihi semua orang. Kita juga harus mengasihi sesama," ujar Theophilus Hage.
![]() |
Dalam kegiatan jagongan dan doa bersama tersebut, seluruh jemaat yang hadir juga mendapatkan kesaksian dari Yoshua poli, penatua GKI Diponegoro. Kehadiran umat lintas agama itu pun dinilai memberikan semangat untuk bersatu menjaga NKRI.
"Ini adalah dukungan yang luar biasa. Ini juga menguatkan kami untuk tetap menjaga NKRI," ujarnya.
Sebelum acara jagongan dimulai, perwakilan umat lintas agama mengenakan pita warna hitam dan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Jajaran Polri-TNI, Linmas, dan Satpol PP juga ikut mengamankan acara doa lintas agama ini. (iwd/ams)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini