"Dia menceritakan bahwa kegiatan ayahnya, Anton Febrianto, sehari-hari menjadi penjual jam tangan online dan sering kali mendengarkan ceramah melalui internet. A juga mengatakan ayahnya sering kali mengajaknya 'berjihad'," kata Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Mohammad Iqbal dalam rilisnya, Selasa (15/5/2018).
Iqbal mengatakan Tito menjenguk A, yang kini dirawat di RS Bhayangkara Polda Jawa Timur, siang tadi. Kepada Tito, A menerangkan alasannya tak mau menuruti ajakan sang ayah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat ditanyai seputar keberadaan bom di kediamannya, lantai 5 Blok B Nomor 2 Rusunawa Wonocolo, Sidoarjo, A mengucapkan itu adalah milik ayahnya. Tapi dia tak tahu benda yang dirakit ayahnya adalah sebuah bom.
"Bahwa bom yang meledak pada malam itu memang benar milik ayahnya yang dirakit sendiri. A tidak memahami bahwa yang dirakit oleh ayahnya itu adalah sebuah bom," ucap Iqbal.
Menurut A, lanjut Iqbal, ayahnya belajar merakit bom dari video tutorial di internet, salah satunya YouTube. "Hasil belajar melalui internet dan YouTube," sambung Iqbal.
A adalah anak kedua Anton dan Puspita Sari (47). Saat bom meledak di kamar mereka, ibu dan kakak perempuannya tewas. Sedangkan ayahnya selamat, tapi ditembak aparat lantaran hendak meledakkan diri.
A bersama dua adiknya yang selamat, F (11) dan H (11), kini dirawat di RS Bhayangkara Polda Jawa Timur.
(aud/idh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini