Aksi bom bunuh diri pertama dilakukan di tiga gereja yang melibatkan atas ayah dan ibu beserta empat anaknya pada Minggu (13/5) pagi. Sang ayah, Dita Oepriarto, meledakkan diri di GPPS Jalan Arjuna. Sementara itu, si ibu, Puji Kuswati, meledakkan diri bersama kedua putrinya berinisial FS dan PR di GKI Jalan Diponegoro.
Kemudian, dua anak laki-laki, Dita dan Puji, meledakkan diri di Gereja Santa Maria Tak Bercela, Ngagel. YF dan FH bergerak secara terpisah dari orang tuanya dengan naik sepeda motor dan meledakkan diri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Akibat aksi tersebut, 18 orang termasuk 6 pelaku tewas. Hal tersebut juga menyebabkan 43 orang lainnya terluka.
Aksi kedua terjadi di Rusun Wonocolo, Sidoarjo yang merupakan hunian milik terduga teroris. Bom meledak akibat kesalahan pelaku.
"Untuk ledakan pertama itu kemungkinan besar oleh pelaku sendiri karena kecelakaan," ujar Tito dalam konferensi pers di Mapolda Jatim, Senin (14/5/2018).
Akibat bom tersebut ada tiga orang meninggal di Rusun, yakni Anton (47) dan dua orang anggota keluarganya.
Baca Juga: Polri: Tak Ada Pengalihan Isu di Balik Serangan Bom
"Yang di RS Siti Khadijah satu selamat atas nama anak laki-laki itu, kemudian yang kedua anak wanita masih di RS Siti Khodijah, dengan ledakan pertama," kata Kabid Humas Polda Jawa Timur, Kombes Pol Frans Barung, dalam konferensi pers di Rusun Wonocolo, Sidoarjo, Minggu (13/5).
Selang beberapa jam kemudian, ledakan terjadi di Mapolrestabes Surabaya yang juga dilakukan oleh satu keluarga. Satu keluarga menggunakan dua motor meledakkan diri di gerbang Mapolrestasbes Surabaya pada Senin (14/5) pukul 08.50 WIB.
Empat orang dari lima anggota keluarga tewas di tempat. Empat polisi dan enam warga terluka akibat ledakan tersebut. Satu anggota berinisial A yang selamat mendapatkan perawatan yang intensif.
Baca Juga: Wanita yang Sebar Hoax Bom Surabaya Adalah Kepala Sekolah
Polisi telah memastikan semua pelaku teror di Surabaya dan Sidoarjo merupakan satu keluarga. Barang bukti berupa kartu keluarga (KK) telah ditemukan oleh polisi.
"Kejadian malam di Sidoarjo itu sama dengan Surabaya, semuanya satu keluarga. Satu kartu KK (kepala keluarga). Jumlahnya yang meninggal 3 orang, bapak, ibu, dan anak. Kemudian yang selamat ada 3. Jadi KK-nya sama semua di 3 TKP," jelas Kapolda Jatim Irjen Machfud Arifin dalam konferensi pers di Surabaya, Senin (14/5).
Ini video tentang "Sosok Keluarga Pengebom Gereja di Surabaya" (fdu/bpn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini