KPI Minta Tayangan Religi Selama Ramadan Ditambah

KPI Minta Tayangan Religi Selama Ramadan Ditambah

Zunita Amalia Putri - detikNews
Rabu, 02 Mei 2018 15:24 WIB
Jumpa pers KPI-MUI soal program religi selama Ramadan (Foto: Zunita Amalia Putri/detikcom)
Jakarta - Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) meminta tayangan program religi di seluruh lembaga penyiaran selama bulan Ramadan ditambah. KPI bersama Majelis Ulama Indonesia (MUI) akan memberikan reward bagi tayangan TV yang menampilkan program religi.

"Dalam konteks menghormati ibadah Muslim Indonesia tahun ini, kami akan keluarkan beberapa kebijakan tentang pengawasan tayangan selama Ramadan, dan kami meminta kepada lembaga penyiaran untuk menambahkan program religi," ujar Koordinator Bidang Isi Siaran Ramadan KPI, Nuning Rodiyah, saat jumpa pers di Gedung KPI Pusat, Jl Ir H Juanda, Jakarta Pusat, (2/5/2018).

"Selain itu, kami bersama MUI juga akan memberikan reward ke beberapa tayangan televisi yang menampilkan program religi," tambahnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penambahan program religi dikarenakan selama bulan puasa terjadi perubahan tingkat konsumsi masyarakat pada TV. Menurut Nuning, jumlah penonton yang naik secara signifikan adalah penonton anak-anak.

Karena itu, KPI mendorong semua lembaga penyiaran untuk menambahkan program religi saat bulan puasa nanti. Ini bertujuan juga untuk mengedepankan perlindungan anak dalam menonton atau mendengar siaran di televisi ataupun radio.

"Oleh karena itu, kami mendorong untuk kemudian menayangkan program acara yang mengedepankan perlindungan anak dan remaja dengan memasukkan nilai religius di program siaran. Sebab di Tahun 2017, 41 persen adalah tingkat konsumsi program hiburan, sementara untuk konsumsi program religi hanya 4 sampai 5 persen," tutur Nuning.

Selain itu, program hiburan selama bulan puasa diharapkan dapat menyisipkan unsur syiar dan dakwah. Sementara itu, untuk program hiburan yang mengulik privasi seseorang diminta dikurangi.

"Dalam rangka tetap menyampaikan syiar dan dakwah, kami minta semua program hiburan untuk tetap menyertakan nilai religiulitas dalam program siarannya, kemudian meningkatkan sensor internal pada program hiburan kalau ada bercandaan agak berlebihan dan mengulik persoalan privasi itu harus dikurangi di tayangan Ramadan," ungkapnya.

Nuning juga mengimbau dalam program religi yang akan disiarkan oleh lembaga penyiaran nantinya diharapkan berhati-hati dengan materi dakwah yang dipilihnya. Ia berharap jangan sampai ceramah atau dialog tersebut dapat memprovokasi publik sehingga menimbulkan kegaduhan.

"Untuk program religi yang bentuk ceramah atau dialog atau apa pun kami minta berhati-hati dalam menyampaikan pesan dakwahnya, yang pertama soal materi khilafiyah agar untuk dihindarkan. Kenapa? Karena ini akan memicu reaksi publik yang beda dan akan menimbulkan kegaduhan publik. Kedua, tentu harus mengedepankan kapasitas ceramah dan jangan sampai mengambil materi khilafah atau kenegaraan atau tentang pemerintahan tapi kemudian memicu persoalan di publik, karena bulan ini adalah jelang kampanye Pilkada 2018 sehingga kami minta hati-hati ketika sampaikan materi tersebut," papar dia.

Sementara itu, Anggota Tim Pemantau Tayangan Ramadhan MUI, Elvi Hudriyah berharap di bulan puasa nanti seluruh lembaga penyiaran Indonesia dapat menyuguhkan program tayangan yang edukatif dan inovatif.

"MUI berharap di bulan Ramadan ini lahir program-program yang inovatif, yang mampu jadi trend center, bisa jadi program-program yang membuat orang mendapat hidayah saat menontonnya," tutup Elvi. (dkp/dkp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads