Drh Sri Estuningsih, ahli patologi Fakultas Kedokteran Hewan IPB mengatakan kematian Samson disebabkan kerusakan organ dalam hewan jantan yang diperkirakan berusia 30 tahun. Kesimpulan didapat setelah dilakukannya pengamatan bagian dalam (hasil nekropsi).
![]() |
"Dari hasil nekropsi, beberapa organ sudah dalam keadaan hancur akibat proses pembusukan seperti ginjal dan paru-paru," jelas Estu lewat keterangan tertulis yang diterima detikcom, Jumat (27/4/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tim juga tidak menemukan tanda adanya penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri, virus atau parasit yang bersifat akut. Project Leader WWF-Indonesia, Drh Kurnia Khairani menegaskan kematian Samson tidak disebabkan perburuan karena cula masih menempel di tubuh badak.
"Hasil nekropsi menyatakan bukan disebabkan sakit infeksius yang artinya bukan disebabkan oleh penyakit menular berbahaya seperti anthrax dan lainnya," ujar Kurnia.
![]() |
WWF mendorong pemerintah merampungkan Stategi Konservasi Badak 2018-2023 dan mengembangkan populasi kedua Badak Jawa selain di Ujung Kulon untuk mencegah punahnya mamalia bertubuh besar ini.
Penyakit infeksius yang bersifat epidemik dikhawatirkan dapat menyebar secara cepat jika populasi badak jawa hanya ada di Ujung Kulon. Oleh karenanya pengembangan populasi kedua harus segera menjadi prioritas strategi konservasi badak jawa ke depan.
Sebelumnya diberitakan, Samson ditemukan tewas dalam posisi mengambang di Pantai Karang Ranjang, Wilayah II Pulau Handeuleum, Taman Nasional Ujung Kulon, Banten. Samson ditemukan mati pada Senin (23/4) lalu.
(jbr/asp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini