Sejumlah Alasan Mulia Kartini Bersedia Dipoligami

Memahami Kartini

Sejumlah Alasan Mulia Kartini Bersedia Dipoligami

Sudrajat - detikNews
Sabtu, 21 Apr 2018 17:12 WIB
Kartini bersama suami dan adik-adiknya. (Foto: Dok. KITLV Leiden)
Jakarta -

Meski sudah lebih dari satu abad Raden Ajeng Kartini dikenal sebagai tokoh emansipasi wanita di tanah air, tapi masih ada yang tak paham sesungguhnya siapa itu Kartini. Salah satu yang kerap menjadi cibiran adalah kesediaan Kartini untuk menerima lamaran Bupati Rembang Raden Adipati Djojoadiningrat.

"Ironis seorang Kartini karena pengen mempertahankan keturunan darah biru atau ningrat, RA Kartini rela dinikahkan dgn seorg adipati yg sdh berkeluarga," tulis seorang pembaca detik.com saat mengomentari infografis bertajuk, "8 Fakta Tersembunyi Kartini".

Faktanya, bila membaca surat-surat Kartini kepada para sahabatnya di Belanda, seperti Abendanon, dia justru banyak mengkritik soal gelar dan gaya hidup para bangsawan.

"Salah satu alasan utama Kartini akhirnya bersedia menikah dengan lelaki yang telah beristri atau dipoligami, justru karena rasa hormat dan cintanya kepada sang ayah," kata Krisnina (Nina) Maharani, penulis buku Pikiran Kartini saat ditemui detik.com di kawasan Senopati, Jakarta Selatan, Rabu (18/4/2018).

Kartini, kata Nina melanjutkan, sudah pada titik menanggalkan egoismenya. Dia yang semula hidup pada tataran ideal mulai berpijak pada realitas sosial di sekelilingnya. "Kartini mencoba berkompromi dengan sejumlah syarat. Dan yang mencengangkan dalam sejumlah suratnya, Kartini justru memuji dan menyanjung suaminya," papar Nina.

Dalam buku Pikiran Kartini yang terbit pada 2015, dicuplik surat Kartini kepada Abendanon tertanggal 14 Juli 1903. "Saya telah berjuang, bergulat, menderita dan saya tidak dapat menjadikan nasib celaka Ayah dan dengan demikian membawa bencana bagi semua yang saya cintai."



Di bagian lain surat itu Kartini menegaskan bahwa dirinya telah berjuang, bergulat, menderita dengan segala sikap kukuhnya saat sang ayah, RM Adipati Sosrodiningrat menjodohkannya dengan
Djojoadiningrat. "Saya tidak dapat menjadikan nasib celaka Ayah dan dengan demikian membawa bencana bagi semua yang saya cintai," tulis surat itu.

Nina menjelaskan, situasi kala itu Sosrodiningrat kerap dibuli oleh para koleganya karena Kartini tak kunjung menikah. Padahal usianya sudah menginjak 24 tahun. "Kala itu Kartini sudah masuk perawan tua," ujar Nina.

Toh, Sosrodiningrat sebetulnya tak terlalu memaksakan kehendak. Di sisi lain dia berupaya memilihkan lelaki yang dinilainya bakal cocok mendampingi putrinya yang punya jiwa pemberontak.

Djojoadingrat itu punya latar pendidikan bagus di Belanda. Sebagai bupati di Rembang dia juga tergolong berprestasi karena dapat mengendalikan peredaran candu yang membahayakan masyarakat kala itu.

"Dia lelaki yang moderat. Kalau soal istri lebih dari satu itu menjadi tradisi yang berlaku di Jawa pada era tersebut," ujar Nina.

Hal lain yang tak banyak diungkap, rupanya Kartini pun mengajukan sejumlah syarat kepada calon suami yang akan memperistrinya. Syarat itu antara lain boleh membuka sekolah dan mengajar para putri pejabat di Rembang, dan membawa ahli ukir Jepara ke Rembang untuk mengembangkan kerjainan itu secara komersial.

Syarat lainnya menyangkut upacara pernikahan. "Dia menolah ada prosesi jalan jongkok, berlutut, mentembah kaki mempelai pria dan akan berbicara dalam bahasa Jawa Ngoko, buku kromo inggil. Ini syarat-syarat yang radikal untuk ukuran masa itu," kata Nina.

Diandra Aliffa (magang)

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

[Gambas:Video 20detik]

(jat/jat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads