Setelah PKPI melewati perjalanan panjang sebelum lolos ke Pemilu 2019, sang ketua umum, Jenderal (Purn) Hendropriyono justru pamit dari panggung politik. Hendropriyono akan segera menyerahkan mandat ketua umum ke Kongres PKPI. Seperti apa sepak terjang sang jenderal pimpinan PKPI ini?
Hendropriyono menjadi Ketum PKPI di era transisi kepemimpinan dari Ketua Umum Letjen (Purn) Sutiyoso. Internal PKPI sempat dinamis saat Sutiyoso mengundurkan diri dari kursi ketum karena dilantik Presiden Jokowi jadi Kepala BIN.
Sutiyoso yang ditunjuk Presiden Jokowi langsung menunjuk mantan Bupati Kutai Timur Isran Noor menjadi plt ketua umum PKPI pada 23 Juni 2015 silam. Tak lama kemudian digelar Kongres PKI dan Isran Noor didaulat jadi Ketum PKPI.
Baca juga: Ini Alasan Hendropriyono Pamit dari Politik |
Kepemimpinan Isran Noor tak berlangsung lama. Akar rumput bergejolak dan anggota Dewan Penasihat PKPI Mayjen (Purn) Haris Sudarno mulai bergerilya di daerah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada Rapimnas itu diputuskan Isran Noor diberhentikan secara sah sebagai ketua umum PKPI dan digantikan oleh Haris yang menjabat Plt ketua umum. Lalu pada Rapimnas 22-23 Agustus 2016 di Jakarta, Haris mengadakan kongres yang hasilnya secara aklamasi Haris diangkat menjadi ketua umum.
Gejolak PKPI belum selesai, kepemimpinan Haris pun digoyang melalui Kongres Luar Biasa PKPI di Hotel Millenium, Jakarta, Sabtu (27/8/2016) lalu. Akhirnya KLB yang dibuka dengan tabuhan gong dari Try Sutrisno itu menobatkan Hendropriyono jadi Ketum PKPI yang baru. Tak lama kemudian pemerintah pun mengesahkan kepemimpinan baru PKPI.
Namun kepemimpinan Hendropriyono masih ditantang kubu Haris Sudarno. Kubu Haris Sudarno sempat memenangkan gugatan atas SK Kemenkum HAM yang mengesahkan PKPI pimpinan Hendropriyono di tingkat PTUN. Namun kemudian Kemenkum HAM maupun PKPI Hendropriyono memenangkan banding di PTTUN DKI.
Dualisme kepemimpinan PKPI yang menganggu baru selesai, Hendropriyono menghadapi tantangan berat, mempersiapkan PKPI menuju Pemilu 2019. Setelah melalui tahapan persiapan yang panjang, KPU menyampaikan pengumuman rekapitulasi nasional hasil verifikasi dan penetapan parpol peserta Pemilu 2019 itu pada Sabtu, 17 Februari 2018. KPU menyatakan PKPI tidak lolos sebagai peserta Pemilu 2019.
Dari hasil rekapitulasi verifikasi PKPI, partai pimpinan AM Hendropriyono itu dinyatakan KPU tidak berhasil memenuhi batas kepengurusan/keanggotaan minimal 75 persen pada kabupaten/kota di 34 provinsi. PKPI disebut KPU tidak memenuhi syarat kepengurusan dan keanggotaan di 4 provinsi dan 73 kabupaten/kota.
Atas keputusan KPU, PKPI mendaftarkan gugatan banding ke Bawaslu. Namun gugatan di Bawaslu ditolak. Dari Bawaslu, PKPI mengajukan banding ke PTUN pada Kamis (8/3). Putusan PTUN akhirnya memenangkan gugatan PKPI.
Dan puncaknya pada Jumat (13/4/2018), KPU resmi menetapkan PKPI sebagai peserta Pemilu 2019. PKPI menjadi peserta dengan nomor urut 20 pada pemilu mendatang.
Saat PKPI sudah lolos ikut Pemilu 2019, Ketum Hendropriyono malah bikin kejutan. Ia menyatakan pamit dari panggung politik di depan KPU.
"Karena ini saat saya terakhir di dunia politik. Saya pribadi sudah merasa cukup adalah cukup untuk di dunia politik nasional. Bulan depan usia saya 73 mau 74, kalau tidak mau berhenti juga nanti diberhentikan Tuhan, enough is enough," demikian sambutan Hendropriyono yang mengejutkan banyak orang.
Kenapa Hendropriyono mundur? Hendro menyebut tugasnya mempersatukan PKPI sudah tuntas. Konsolidasi dari pusat sampai daerah sudah terlaksana dengan baik.
"Semua sudah menyatu dan sudah solid dan juga sudah lulus dengan perjuangan berat mencari keadilan. Jadi kita ini Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia jadi partai keadilan mencari keadilan di pengadilan dan kita dapat keadilan itu," kata Hendro saat dikonfirmasi terpisah.
"Saya minta PKPI supaya menggelar kongres secepatnya. Sudah waktunya diserahkan ke generasi muda penerus," tegas Hendropriyono.
Hendropriyono mempercayakan PKPI dipimpin generasi muda ke depan. Ia tak masalah kalaupun tak menjabat apa-apa lagi di PKPI. Pamitan Hendropriyono seolah jadi akhir manis karier politik sang jenderal.