"Tiap kecamatan dapat laporan 15 sampai 20 setiap weekend ada pesta. Di mana anak-anak muda ini mengakses miras oplosan," kata Sandiaga di Telkom Living Lab Smart City Nusantara, Gunung Sahari Selatan, Kemayoran, Jakpus, Selasa (10/4/2018).
Sandiaga menilai tingginya angka konsumsi miras karena masalah sosial di Jakarta, termasuk tingginya tingkat stres warga. Faktor kesehatan jiwa sampai sulitnya mencari lapangan kerja, disebutnya, membuat kasus konsumsi miras di DKI semakin tinggi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kesejahteraan menurun, maka dicari solusi miras yang murah. Jadi ini yang dioplos dan ini akan berbahaya sekali," sambung Sandi.
Sandiaga akan memanfaatkan big data dari smart city untuk menekan tingginya angka konsumsi miras di DKI. Dari situ, katanya, daerah dengan jumlah warga terbanyak yang mengalami kesehatan jiwa bisa terdeteksi.
"Ini sebenarnya bisa diprediksi dan bisa dipreskriptif oleh big data analytic kita untuk kita mengidentifikasi daerah mana saja yang memiliki gangguan kesehatan jiwa yang tinggi dan kita bisa bidik dengan pengawasan yang lebih baik," kata Sandiaga. (idn/idh)