"Penambang yang pakai merkuri dilarang, tidak boleh pakai merkuri. Pemerintah memberikan solusi. Anda bisa pakai teknologi yang tidak pakai merkuri," kata Asisten Deputi Infrastruktur Pertambangan dan Energi, Kemenko bidang Kemaritiman Yudi Prabangkara di BPPT II, Jl MH Thamrin, Jakarta Pusat, Jumat (6/4/2018).
Yudi mengatakan penambang emas skala kecil tersebut bisa menggunakan bahan alternatif lain selain merkuri. Ia menyebut ada banyak bahan yang lebih efisien.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menjelaskan bahaya merkuri bagi kesehatan dapat membuat orang yang terkontaminasi mengalami gangguan syaraf motorik. Risiko gangguan kesehatan itu bisa dialami penambang emas yang menggunakan merkuri karena sering terpapar uap merkuri yang digunakan.
"Itu kan ada emas dan merkuri, begitu dipanaskan merkurinya hilang. Itu lah yang didapatkan oleh si penambang merkurinya hilang. Begitu menguap kan yang paling berbahaya dari merkuri itu adalah uapnya. Itu terhirup oleh manusia, terserap langsung oleh tubuh, itu diakumulasi dan bisa merusak syaraf motorik. Jadi dia gerak tangan sekali, lalu gerak terus nggak bisa berhenti," kata Yudi.
Yudi juga menjelaskan lokasi tambang selain Sukabumi yang menggunakan merkuri dan sudah ditutup, yaitu tambang Batu Sinabar di Pulau Seram, Maluku pada akhir 2017 lalu. Pemerintah juga berupaya menghentikan jalur distribusi merkuri dari tambang hingga luar negeri untuk diekspor.
"Pak Jokowi rapat memutuskan gimana mengelola tambang skala kecil yang menggunakan merkuri tadi, salah satu caranya menghentikan jalur produksi dan jalur distribusi merkuri. Perintah itu kita jalankan, di 2017 itu sudah kita jalankan dengan cara memotong jalur distribusi merkuri.
"Kita memotong jalur distribusinya dengan merkuri yang dihasilkan di Sukabumi yang mau dijual ke luar kita stop. Kenapa kita setop karena sudah sepakat tadi mau mengikuti program internasional untuk menghapus merkuri. Jadi kita setop. Yang di sita banyak. Yang ditangkap banyak," kata Yudi.
Ia mengatakan penambang skala kecil di Pulau Seram ada sekitar 5.000 orang. Yudi menyebut pemerintah sedang berkoordinasi mencarikan pengalihan mata pencaharian baru bagi para penambang emas skala kecil tersebut.
Sebelumnya, warga di enam kecamatan Kabupaten Sukabumi mengalami gatal-gatal diduga karena terpapar merkuri. Para warga terkena merkuri karena memanfaatkan aliran sungai yang melintas wilayahnya. Tercatat ada delapan sungai yang diduga terkena limbah merkuri.
Data tersebut merupakan hasil penelusuran tim gabungan dari Kodam III/Siliwangi bersama sejumlah unsur dari Polda Jabar Subdit IV Ditreskrimsus, KLHK, DLH Jabar dan Kesdam III. (yld/idh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini