Desa Ini 7 Turunan Bikin Golok Jawara, Terima Order Pedang Beracun

Desa Ini 7 Turunan Bikin Golok Jawara, Terima Order Pedang Beracun

Bahtiar Rifa'i - detikNews
Rabu, 04 Apr 2018 09:54 WIB
Perajin golok jawara (Bahtiar/detikcom)
Serang - Daerah Banten disebut-sebut sebagai tanah para jawara, yakni kelompok dengan kesaktian bermain pencak silat sampai kekebalan tubuh dalam seni debus. Di pinggangnya biasa terselip senjata tajam berupa golok.

Di perbatasan Serang-Pandeglang, terdapat Desa Seuat. Di desa ini, warganya secara turun-temurun menjadi perajin golok. Mereka sebagian hidup dari memproduksi berbagai jenis golok, yang dijual ke berbagai daerah, dari Sumatera sampai Jawa.

Bagi warga Banten, desa ini memang tempat kelahiran perajin dan pengukir golok. Ciri khas produksi di Kampung Seuat Jaya adalah golok Sulangkar. Dibuat dengan bahan besi jenis sulangkar, seperti besi pada delman dan besi ranjang tua.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Para pembuat golok di desa ini dibagi kepada dua kelompok. Yaitu para pandai yang menempa besi sampai berbentuk golok tapi belum tajam. Para pandai saat ini berjumlah 6 kelompok dalam satu desa.

Kelompok kedua adalah para perajin dan pengukir golok yang memproduksi beraneka ragam jenis dan ukuran golok sampai diperjualbelikan ke pasar atau melalui pesanan. Untuk kelompok ini, ada seratusan orang di satu desa.

Suheri (61) menjadi salah satu yang tertua sebagai pandai di kampung ini. Ia mulai memproduksi golok pada 1982. Tapi ia merupakan generasi keempat dari keluarganya sebagai pandai dengan label golok NHS (Numpang Hidup Sementara). Sehari ia mengaku bisa menempa 30-40 golok.

Setiap golok dijual Rp 15-20 ribu per buah. Bahan baku yang ia gunakan adalah besi bekas, misalkan dari per mobil atau jenis baja lain. Puluhan golok ini ia jual kepada para perajin dan pengukir golok di desanya.

"Saya khusus bagian menempa, satu jam menghasilkan 8 tempaan golok. Saya generasi ke-4, memang dari nenek moyang," kata Suheri di Serang, Banten, Rabu (4/4/2018).

Dari pekerjaannya, ia menghasilkan Rp 400 ribu dari setiap golok yang ia jual per hari. Keuntungan ini dia bagi dengan pegawainya setelah dipotong harga bahan baku.

Kelompok kedua adalah para pengukir golok. Di sini, golok dibuat sesuai pesanan, mulai ketajaman, ukiran gagang, sampai sarung pembungkusnya. Ada golok Sulangkar yang harganya jutaan rupiah, ada golok Sorenan, dan golok Bedog, yang biasa digunakan untuk ke hutan.

Bahari (50) adalah salah satu perajin golok Sulangkar. Satu golok ini dibuat berbulan-bulan karena keunikan bahan pembuatan dan aksesorinya. Sulangkar berbahan besi pilihan dan aksesorinya antara lain penutup dan gagang berbahan tanduk kerbau. Menurutnya, inilah yang membedakan golok lain pada umumnya.

"Golok ini huluna (gagangnya) dari tanduk kerbau. Sarungnya juga dari tanduk kerbau. Kalau full dari tanduk, harganya juga jutaan rupiah," katanya.

Apalagi, ujarnya, jika gagang dan sarung golok dari bahan tanduk kerbau albino, harganya akan lebih mahal. Untuk tanduk tersebut, warga kampung biasanya sudah memiliki jaringan jagal, mulai Cilegon sampai Serang.

Ia mengatakan para pencinta golok lebih suka jenis ini. Selain kuat, golok dengan gagang dari tanduk kerbau menjadi golok yang khas dan menampilkan corak tradisional kebantenan. Makanya, meskipun harga golok itu mahal, warga selalu mendapatkan pesanan.

Salah satu perajin bernama Jamal (35) bahkan mengaku pernah membuat golok Sulangkar pesanan yang dilapisi racun. Ia menggunakan bisa ular tanah dan kodok beracun untuk melapisi golok. Namun, menurutnya, pesanan ini jarang karena dinilai berbahaya.

"Jadi pakai ular tanah dicampur kodok beracun," katanya.

Selain golok Sulangkar dengan gagang dan sarung dari tanduk kerbau, ada juga jenis golok Sorenan. Jenis ini golok biasa, yang dijual seharga Rp 150-300 ribu. Juga ada golok Bedog dan golok Kopak Dawing, yang merupakan jenis golok yang umumnya dibawa ke hutan. (bri/asp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads