"Saya sebenarnya takut ditembak seperti Poniman. Tetapi sebelum Poniman dan Bayu ditangkap, saya sudah mau nyerah karena terus dihantui rasa takut. Bahkan saya sudah sampaikan sama teman di kampus kalau saya pelaku pembunuhan sopir Go-Car," kata Tyas saat menjalani pemeriksaan di Subdit III Jatanras, Senin (2/4/2018).
Poniman ditembak mati karena melawan petugas. Adapun Bayu ditembak di kedua kakinya karena mencoba kabur. Tyas mengaku takut harus menyerahkan diri. Apalagi beberapa rekannya melarang dia untuk menyerah.
"Saya ini sudah pasrah, tiap malam saya selalu dihantui rasa bersalah dan mimpi buruk. Apalagi saya ini mahasiswa dan yang lain itu pengangguran. Ya sudahlah saya tetap kuliah saja seperti biasa dan terakhir dikasih saran sama teman untuk menyerah," sambungnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dari saran teman saya itulah saya berani hubungi orang tua, saya ceritakan semua yang terjadi. Orang tua saya nangis terus sampai sekarang. Saya pun nangis kalau ingat orang tua saya dan ingat saat kami jerat leher korban di mobil," kata Tyas, dengan wajah lesu.
Sebagai bentuk tanggung jawab, orang tua Tyas, Rahmat (50), langsung datang dan menyerahkan putranya pada Sabtu (31/3) sekitar pukul 19.30 WIB.
Apa daya, nasi telah menjadi bubur. Tyas harus mempertanggungjawabkan perbuatannya di depan hukum. Ancaman hukumannya, maksimal pidana mati. (asp/asp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini