Satu-satunya di Indonesia, Wayang Garing Kini di Ujung Kepunahan

Satu-satunya di Indonesia, Wayang Garing Kini di Ujung Kepunahan

Bahtiar Rifa'i - detikNews
Jumat, 30 Mar 2018 09:24 WIB
Ki Kajali (bahtiar/detikcom)
Serang - Tradisi lisan dalam kesenian Wayang Garing khas Banten hampir punah. Sekarang, pencipta sekaligus senimannya sudah sepuh. Ki Kajali (71) selama 53 tahun mendalang tak punya penerus.

Padahal, prestasi lelaki sederhana ini dalam mentradisikan Wayang Garing ini dikenal khususnya di daerah pesisir Banten. Sebut saja daerah kecamatan Pontang, Tanara, Carenang dan Tirtayasa. Bahkan setiap panen, dalang Ki Kajali selalu dipanggil untuk pentas setiap hari.

Cerita yang disampaikan Ki Kajali saat mendalang pun tidak hanya dalam lakon Ramayana dan Mahabaratha. Ceritanya kadang menyentuh keadaan sehari-hari. Yang berbeda dari Wayan Garing dengan wayang lain adalah terbatasnya alat pendukung. Tidak ada lantunan gamelan dan sinden mengiringi.

Kajali cerita, di tahun 80 sampai 90-an, kesenian yang ia bawakan diapresiasi oleh pemerintah daerah sebagai kesenian khas Banten. Ia mengenal bupati Serang dengan baik mulai dari MA Sampurna tahun 1988 sampai Bupati Bunyamin di tahun 2005. Kepala daerah itu lah menurutnya yang apresiasi terhadap kesenian Wayang Garing.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya kenal mulai dari Bupati Sampurna sampai Pak Bunyamin. Kalau ada apa-apa (pentas) saya selalu diundang. Bupati sekarang nggak ngopeni (mengurusi) kesenian," katanya saat bercerita kepada detikcom, Carenang, Kabupaten Serang, Banten, Jumat (30/3/2018).

Atas prestasinya Kajali bahkan sering dapat penghargaan. Termasuk yang masih ia simpan adalah Penghargaan Kebudayaan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Indonesia pada dies natalies ke-72 pada 2012 dan penghargaan atas dedikasinya dari mantan Gubernur Banten Atut Chosiyah pada 2008.

Namun, dedikasi dan upayanya melestarikan kesenian Wayang Garing hampir tenggelam. Ia tidak punya penerus. Kelima anaknya yang diharapkan jadi penerus hanya satu yang paham soal wayang. Tapi anaknya pun masih malu-malu mendalang.

"Anak aya geh teudaekun belajar, aya hiji gih isin bae. Jadi kula euren paeh, teu nanaon (Anak saya juga tak mau belajar, ada satu tapi masih malu-malu. Jadi saya berhenti yang saat meninggal, nggak apa-apa)," katanya lirih.

Di samping itu, kesenian Wayang Garing yang selama ini ia geluti pun tidak banyak mengubah keadaan keluarga. Jika bisa, Ki Kajali ingin menggadaikan semua penghargaan miliknya ditukar dengan uang.

"Ari sertifikat gunanya naon, ari STNK kan bisa digadekeun (Kalau sertifikat penghargaan fungsinya buat apa, kalau STNK kan bisa digadaikan," katanya.

Pendi (35) anak dari Kajali yang dari kecil ikut membantu ayahnya mendalang pun prihatin dengan kesenian ini. Sebagai wayang khas Banten, ia pun berharap bisa menggantikan ayahnya. Namun, sampai saat ini, ia belum berani menentukan pilihan sebagai dalang.

"Mudah-mudahan bisa kalau ada umur. Pokoknya pengen lestasi Wayang Garing ini," ujarnya. (bri/asp)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads