Pendapa kelenteng menjadi panggung utama gelaran wayang kulit. Gamelan lengkap, namun bagian kelir tanpa layar. Sehingga dapat dilihat dari dua sisi.
Pentas semalam suntuk dengan dalang Ki Warsono tersebut mengusung lakon "Wahyu Makutarama".
Pengurus Kelenteng Hok Tek Bio, Suwoto menuturkan bahwa tiap Cap Go Meh selalu diperingati dengan pergelaran wayang kulit, selain sembahyang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wayang kulit di sini, lanjutnya, menjadi simbol kerukunan bagi warga antara Tionghoa dengan warga masyarakat lainnya. Banyak warga masyarakat yang menyaksikan pementasan wayang kulit tersebut.
"Adanya akulturasi budaya. Jadi, perayaan menggunakan budaya asli (wayang kulit). Kalau wayang Po Tahie itu saat ulang tahun kelenteng tanggal satu Bulan Sha Gwee," paparnya.
Pihaknya berharap, momen Cap Go Meh menjadi media kerukunan dalam keberagaman di masyarakat.
"Bisa saling menghoramti, saling menghargai dan hidup dalam satu keberagaman," harap dia.
Kapolsek Welahan, AKP Rismanto menyampaikan bahwa di Welahan memang kerukunan keberagaman sudah berlangsung baik. Bahkan rencananya, akan diagendakan pertemuan rutin oleh pemuka agama untuk menjaga toleransi.
"Maka, wayang kulit ini sebagai bukti toleransi di Welahan tinggi. Bahkan, pemain barongsai 70 persen orang lokal (Jawa)," tandasnya. (bgs/bgs)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini