"Meski itu bukan tanggung jawab kami, tapi atas alasan kemanusiaan kami pertemukan di Rumdenim," kata Kabag Humas Dirjen Imigrasi, Agung Sampurno saat berbincang dengan detikcom, Selasa (27/3/2018).
Sebab, tanggung jawab soal pengungsi sejatinya di bawah lembaga PBB UNHCR. Tapi, lembaga PBB itu tidak maksimal mengurus pengungsi di Indonesia. Saat bertemu, Rista tampak bahagia. Frista datang bersama anak kecil berusia 4,5 tahun yang diakuinya sebagai anak mereka.
"Masak sih mereka pengungsi? Kalau pengungsi, kok bisa beli tiket pesawat, dari Afghanistan ke Jakarta? Lalu dari Jakarta ke Manado?" kata Agung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Di Rumdenim, ada yang sudah bertahun-tahun. Ada yang sudah lima tahun. Dari yang masih bayi, kini sudah anak-anak. Ada yang dari masih muda, kini sudah dewasa," ujar Agung.
Berdasarkan data UNHCR Indonesia, saat ini terdapat 13.800 pengungsi terdaftar di kantor UNHCR di Indonesia. Hingga akhir December 2017, kebanyakan pengungsi di Indonesia datang dari Afghanistan (55 persen), Somalia (11 persen) dan Irak (6 persen). Meskipun Indonesia belum meratifikasi Konvensi 1951 mengenai pengungsi, Indonesia telah lama memiliki tradisi untuk menerima pengungsi dan orang - orang yang membutuhkan perlindungan internasional.
![]() |
Namun belakangan, sikap baik Indonesia terhadap pengungsi disalahgunakan. Banyak pengungsi yang datang berbondong-bondong ke Indonesia sehingga menjadi masalah baru.
"Ini bukan urusan Dirjen Imigrasi semata, tapi urusan bersama," cetus Agung. (asp/rvk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini