Ribut dengan Gerindra dan PDIP, ke Mana PD Berkoalisi?

Ribut dengan Gerindra dan PDIP, ke Mana PD Berkoalisi?

Bagus Prihantoro Nugroho - detikNews
Jumat, 23 Mar 2018 13:28 WIB
Suasana Rapimnas Partai Demokrat yang dihadiri Presiden Jokowi yang juga menampilkan angka 14 sebagai nomor urut mereka di Pemilu 2019. (Ray Jordan/detikcom)
Jakarta - Partai Demokrat memang belum mendeklarasikan dukungan untuk Pilpres 2019. Kini partai tersebut tengah beradu argumen dengan PDIP dan Gerindra.

Seperti diketahui, PDIP adalah partai tempat Presiden Jokowi bernaung. PDIP pun kembali mencalonkan Jokowi untuk Pilpres 2019. Jokowi juga mendapat dukungan dari Golkar, NasDem, PPP, Hanura, PSI, serta Perindo.



SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hubungan Demokrat dengan PDIP memanas gara-gara pernyataan mantan Ketua DPR Setya Novanto di persidangan. Tak hanya membalas pernyataan Novanto, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto juga menyerang Partai Demokrat sebagai partai penguasa periode sebelumnya ketika proyek e-KTP dimulai.

"Itu bagian tanggung jawab moral politik kepada rakyat. Mengapa? Sebab, pemerintahan tersebut pada awal kampanyenya menjanjikan 'katakan tidak pada korupsi', dan hasilnya begitu banyak kasus korupsi yang terjadi, tentu rakyatlah yang akan menilai akar dari persoalan korupsi tersebut, termasuk e-KTP," kata Hasto dalam pernyataannya kemarin, Kamis (22/3/2018).

Sekjen Partai Demokrat Hinca Pandjaitan tak terima atas pernyataan itu. Hinca menyebut sindiran Hasto salah alamat.



"Pernyataan PDIP yang langsung menyalahkan pemerintahan Presiden SBY dan mendiskreditkan Partai Demokrat juga salah alamat. Bukan Partai Demokrat ataupun kadernya yang menyebut Puan Maharani dan Pramono Anung, tetapi Setya Novanto (mantan Ketum Partai Golkar). Kalau membantah dan mengatakan kadernya tidak terlibat, bantahannya harusnya kepada Setya Novanto dan KPK," kata Hinca dalam keterangan tertulis pagi ini, Jumat (23/3).

Padahal hubungan Demokrat dan PDIP belum lama ini tampak mesra setelah Presiden Jokowi hadir ke acara Rapimnas partai pimpinan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu. Sempat ada asumsi kedua partai besar itu bakal berkoalisi. Tapi kini Demokrat pikir-pikir untuk berkoalisi dengan PDIP.

"Sedikit-banyak itu (pernyataan Sekjen PDIP) menjadi bahan pertimbangan buat kami," kata Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Syarif Hasan kepada detikcom.

Sementara itu, hubungan Demokrat dengan Gerindra tampak renggang karena perseteruan pernyataan antara wakil sekjen keduanya. Wasekjen Gerindra Andre Rosiade mulanya menyinggung SBY dan Jokowi hanya melakukan drama dengan terlihat mesra. Wasekjen Demokrat Rachland Nashidik kemudian membalasnya dan keduanya pun saling serang.

"Dia (Andre) bicara terlalu banyak tentang hal yang terlalu sedikit dia ketahui," kata Rachland kemarin (22/3).

Gerindra sendiri dalam waktu dekat akan mendeklarasikan ketumnya, Prabowo Subianto, sebagai capres 2019. Gerindra ada kemungkinan akan bergandengan dengan PKS untuk membentuk koalisi.

Demokrat memang belum mengumumkan akan mendukung siapa di Pemilu 2019. Tetapi, melihat renggangnya hubungan Demokrat dengan kedua kubu itu, muncul tanda tanya ke mana Demokrat akan berlabuh.

Memang masih ada PKB dan PAN yang belum mendeklarasikan dukungan kepada capres. Akankah poros ketiga benar-benar terwujud setelah situasi panas ini? (bag/tor)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads