"Kita sering mendapat laporan ada nelayan hilang tapi tidak tahu hilangnya di mana. Contoh ada yang bilang tiga hari lalu teman saya pergi ke utara dan belum pulang. Utara ini kan luas, jadi sulit untuk kita tentukan titik koordinatnya," ujar Syaugi dalam keterangan tertulis, Jumat (16/3/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Makanya kami imbau kepada masyarakat bisa melengkapi diri dengan minimal peralatan komunikasi seperti radio dan navigasi," sambungnya.
Kendati demikian, Syaugi meminta jajarannya selalu siap memberikan pertolongan ketika dibutuhkan masyarakat. Hal itu merujuk pada UU Nomor 29 Tahun 2014 tentang Tugas Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan.
"Jadi kalau ada korban jiwa, orang Basarnas harus hadir di situ. Kalau ada bencana sebelum ada korban jiwa, Basarnas belum masuk di situ. Kapan masuknya? Apabila negara sudah menetapkan situasi bencana menjadi tanggap darurat," paparnya.
Syaugi menambahkan saat ini Basarnas telah memiliki 38 kantor di seluruh Indonesia dengan jumlah personel sekitar 3.400 orang. Meski idealnya 7 ribu, pihaknya siap melaksanakan tugas menggunakan potensi SAR di beberapa instansi hingga masyarakat.
Sementara itu, dalam kunjungannya ke Sorong, Syaugi menilai fasilitas di kantor SAR wilayah tersebut telah memadai. Salah satunya dengan keberadaan kapal sepanjang 40 meter.
"Saya lihat sementara cukup bagus. Kantor SAR Sorong sudah punya sarana prasarana yang memadai. Di sini kita dilengkapi kapal yang panjangnya 40 meter, peralatan darat, dan sejumlah peralatan lainnya. Jadi sangat memadai," pungkasnya. (nwy/nwy)











































