"Itu biasanya dari teman-teman Kementerian PUPR apakah akan dipindahkan (makamnya) atau digeser (rute tol-nya)," kata Ade saat dihubungi, Selasa (6/3/2018).
Namun, ia menyatakan belum ada kepastian solusi apa yang akan diterapkan. PT Transbumi Serbaraja selaku pelaksana proyek, kata Ade, hanya menunggu hasil pembebasan tanah tersebut. Hingga kini, ia pun belum mengetahui soal pagar sekitar makam yang ditutupi kain kafan sebagai bentuk protes warga.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia pun berharap persoalan makam keramat di sekitar wilayah proyek, di Desa Cisereh, Tigaraksa, Kabupaten Tangerang, bisa segera diselesaikan. Lahan lain yang terkena imbas proyek pun ia minta segera dituntaskan, sebab ditargetkan selesai di akhir tahun 2018.
"Harusnya iya (diprioritaskan). Harusnya. Tapi ya semua-lah harusnya semua yang kena jalan tol harus dicarikan solusinya," ujar Ade.
Diberitakan, rencana pembangunan Jalan Tol Serpong-Balaraja itu ditolak warga RT 01 RW 01 Desa Cisereh, Tigaraksa, Kabupaten Tangerang. Mereka menolak pembangunan Jalan Tol Serpong-Tigaraksa yang melintasi kampung mereka.
Alasannya, rencana pembangunan tol tersebut menyentuh pemakaman di TPU Cisereh, termasuk sejumlah makam yang dianggap keramat.
Warga kemudian memagari TPU Cisereh menggunakan kain kafan. Itu dilakukan sebagai simbol penolakan mereka terhadap pembangunan Jalan Tol Serpong-Balaraja yang menyentuh pemakaman tersebut.
"Itu sengaja dikasih pagar karena menolak pembangunan tol. Kain kafan dipasang setelah warga tahu pembangunan tol kena makam," kata warga setempat, Wardoyo, saat ditemui, Selasa (6/3). (tsa/jor)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini