Setara Institute: MCA Beda dengan Saracen, Lebih Merusak

Setara Institute: MCA Beda dengan Saracen, Lebih Merusak

Audrey Santoso - detikNews
Senin, 05 Mar 2018 14:57 WIB
Ketua Setara Institute Hendardi (Lamhot Aritonang/detikcom)
Jakarta - Ketua Setara Institute Hendardi mengatakan produksi berita bohong alias hoax berbahaya bagi persatuan bangsa. Apalagi Indonesia memasuki tahun politik, ketika masyarakat rawan dipecah-belah.

"Praktik semacam ini bukan hanya membahayakan kontestasi politik, tapi membelah pro dan kontra masyarakat, dan membahayakan bagi kohesi sosial kita. Berdampak pada disharmoni sosial," ujar Hendardi di gedung Rupatama Mabes Polri, Jl Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (5/3/2018).


Hendardi menyebut kelompok penyebar hoax Muslim Cyber Army (MCA) memiliki agen di seluruh Indonesia. Meski polisi telah memastikan MCA terkait dengan Saracen, dia berpendapat kelompok MCA jauh lebih berbahaya dan terorganisasi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Melihat personel dan pola gerakannya, MCA ini berbeda dengan Saracen. MCA tampak lebih ideologis, memiliki kelompok dan sub ribuan di sebaran wilayah Indonesia. Oleh karena itu, daya merusak kelompok ini lebih besar dari Saracen," urainya.


Hendardi juga mengamati, konten hoax yang disebarkan kelompok Muslim Cyber Army ini lebih mengarah ke politik. Dia menduga kelompok ini merupakan kelompok penentang pemerintah.

"Konten, pesan-pesan MCA mengarah ke parpol tertentu dan saat ini memiliki kepemimpinan nasional. Secara sederhana, ini terjadi dari kelompok penentang," ujarnya.

Meski begitu, untuk membuktikan dugaannya, dia menyerahkan penyelidikan tersebut kepada Polri. Dia berharap masyarakat semakin berperan aktif melaporkan konten SARA ataupun hoax.

"Untuk memeriksa dugaan ini, tentu Polri lewat Ditsiber Polri perlu membongkar tuntas jejaring pelaku mediator pemesan dan penikmat hoax. Dan untuk ini publik juga aktif melaporkan mereka yang secara reguler penyebaran konten berita palsu atau SARA," harap Hendardi.


Dia berharap satuan tugas (satgas) yang dibentuk Polri untuk memberantas hoax, Satgas Nusantara, bisa menjangkau semua lapisan masyarakat, tanpa terkecuali. Termasuk hingga lingkaran parpol. Dia menilai deklarasi kampanye damai belum cukup.

"Saya belum menangkap kinerja Satgas Nusantara dalam menjangkau parpol. Sekalipun deklarasi damai langkah itu belum memadai. Satgas Nusantara harus mempunyai keyakinan kandidat parpol tidak menyebarkan SARA dan hoax," ucapnya.


Dia berharap Satgas Nusantara bisa mengajak para kontestan parpol mengimbau relawan berkomitmen kampanye damai dan tidak menyebarkan hoax. Hendardi menyarankan agar Satgas Nusantara juga bisa mengoptimalkan bhabinkamtibmas untuk pembinaan masyarakat.

"Satgas perlu melakukan langkah misalnya gunakan instrumen bhabinkamtibmas melakulan kerja pembinaan yakni menjaga lingkungan dari upaya provokasi dan penyebaran kebencian jelang pilkada. Satgas saya yakin masih memiliki data real item di satu wilayah supaya mitigasi bisa dilakukan cepat akurat," pungkasnya. (ams/fjp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads