Langkah Pemkot Palembang ke Dewi yang Tinggali Gubuk di Tengah Kota

Langkah Pemkot Palembang ke Dewi yang Tinggali Gubuk di Tengah Kota

Raja Adil Siregar - detikNews
Rabu, 28 Feb 2018 08:28 WIB
Palembang - Potret kemiskinan masih terlihat nyata di tengah Kota Palembang, Sumatera Selatan. Hal ini terlihat dari keluarga Dewi yang rumahnya sudah hampir roboh dan bocor sejak 2 tahun terakhir.

Rumah papan berukuran 4x8 meter itu berada di Jalan Puding, Kelurahan Kamboja, Kota Palembang. Rumah berdiri hanya berjarak sekitar 300 meter dari kantor Kecamatan dan Polsek Ilir Timur I.

Kabag Humas Pemkot Palembang, Amiruddin Sandi mengaku pemerintah Kecamatan Ilir Timur I, Kota Palembang sebelumnya sudah mendatangi rumah Dewi dan memberikan bantuan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sejak bulan Mei 2017 lalu sebenarnya dari kecamatan sudah berkunjung dan memberikan santunan kepada keluarga ibu Dewi. Bahkan pada bulan September juga sudah ada rencana bedah rumah oleh pihak Budha Tzu Chi (LSM-red), tapi terkendala persoalan tanah," kata Amir.

Persoalan tanah yang ditempati Dewi bersama 3 anaknya adalah tanah warisan dari keluarga suami. Saat itu pihak kecamatan meminta keluarga Dewi untuk rembukan. Jika sudah ada kesepakatan maka akan dibuatkan sertifikat tanah gratis yang didaftarkan ke kelurahan.

Rumah janda berusia 31 tahun ini lebih layak disebut sebagai gubuk. Hal ini dikarenakan jauh dari kata layak sebagai tempat hunian dan terlihat sangat kumuh, serta selalu kebanjiran saat musim hujan.

Bagaimana tidak, seluruh atap rumah sudah terlihat hancur dimakan usia dan berkarat. Dinding rumah yang terbuat dari papan pun sudah mulai rapuh dan dilapis oleh plastik dan spanduk bekas yang didapat dari pinggir jalan.

Sejak suami Dewi, Effendi meninggal dunia pada 2 tahun terakhir akibat serangan jantung. Dewi harus pun kini harus menghidupi dan membiayai sekolah ketiga buah hatinya seorang diri.

"Saya sudah 8 tahun tinggal di rumah ini, rumah mulai rusak parah dan bocor itu sejak suami saya meninggal 2 tahun lalu. Biaya hidup pas-pasan dan tidak ada uang yang bisa digunakan untuk perbaikan rumah," kata Dewi.

Meskipun tinggal dekat dengan kantor kecamatan, Dewi mengaku hanya mendapat bantuan Program Keluarga Harapan (PKH) dari Dinas Sosial Kota Palembang saja. Selain itu tidak ada bantuan lain yang diterima, termasuk bantuan sekolah kedua putra dan seorang putrinya.

Yang lebih ironis, sejak suami meninggal itulah kehidupan mereka makin terpuruk meskipun tinggal di lingkungan tetangga yang memiliki rumah mewah. Rumah yang hampir roboh itu pun hanya tertahan oleh bangunan permenen milik tetangga yang ada di kanan dan kiri rumahnya.

"Sekolah anak saya biaya sendiri. Ini masih untung masuknya di sekolah negeri, jadi tidak banyak biaya keluar. Memang kehidupan kami mulai terasa berat sejak suami tidak ada karena saya hanya dapat gaji Rp 550 ribu/bulan dan itu untuk kebutuhan kami semua," kata Dewi. (asp/asp)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads