Acara tamasya ini juga dihadiri oleh ambasador negara sahabat yang berdomisili di Singapura. Ngurah Swajaya sendiri yang mengundang mereka. Soalnya, Singapura adalah negara yang menyumpang jumlah turis terbesar kedua setelah Republik Rakyat China.
Tur Ring of Fire ini berupa kunjungan ke daerah sekitar Gunung Agung yang sempat erupsi. Tempat-tempatnya antara lain adalah Tirta Gangga, Karangasem, Kintamani-Bangli, dan Tegalang-Gianyar. Ini untuk menunjukkan kepada para duta besar bahwa Bali bahkan sekitaran Gunung Agung benar-benar aman untuk dikunjungi, sekalian memperkenalkan potensi pariwisata baru di wilayah Karangasem.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bahwa tidak banyak yang tahu bahwa Bali is not only safe (pasca-erupsi), but is also offer a lot of fun," kata Sinclair sebagaimana yang disampaikan Fungsi Penerangan Sosial Budaya/Ekonomi KBRI Singapura lewat keterangan pers yang diterima detikcom, Senin (26/2/2018).
Kegiatan wisata para ambasador di Pulau Dewata ini berlangsung sejak tanggal 23 sampai 25 Februari 2018. Acara ini diselenggarakan oleh Kementerian Luar Negeri, Kementerian Pariwisata, dan Pemerintah Daerah di Bali. Diharapkan, orang-orang Singapura bisa kembali membanjiri tempat-tempat wisata di Bali.
Dubes Ngurah Swajaya menjelaskan ada 1,5 juta wisatawan asal Singapura yang datang ke Bali pada 2017 lalu. Bali menjadi destinasi wisata paling diminati oleh warga Singapura. Dia berharap para dubes RI di negara-negara yang sempat mengeluarkan travel warning ke Bali melakukan langkah seperti yang dia lakukan ini.
Para pengusaha Singapura juga diajak dalam acara piknik ini. Hasilnya, mereka langsung punya ide mengembangkan potensi usaha bidang teknologi digital di Bali. Mun Kok Who dari Singapore Manufacturing Federation (SMF) mengatakan Bali adalah tujuan para 'digital nomad' pengusaha start-up teknologi informasi.
"Bali memiliki ekosistem yang tepat untuk pengembangan inovasi dan teknologi digital. Sudah saatnya bisnis di bidang pariwisata, logistik, dan manufaktur berubah dengan pemanfaatan teknologi, memasuki era industri 4.0," kata Mun Kok Who.
(dnu/fjp)