Tragedi Penyair Noto Soeroto, Istri dan Anak Ditahan Nazi

Kisah Cinta Beda Agama Founding Fathers (5)

Tragedi Penyair Noto Soeroto, Istri dan Anak Ditahan Nazi

Aryo Bhawono - detikNews
Jumat, 16 Feb 2018 07:37 WIB
Foto: Koleksi: Joss Wibisono via gatholotjo
Jakarta -

Noto Soeroto adalah pangeran Keraton Pakualaman di Yogyakarta dan berkerabat dengan Soewardi Soerjaningrat atau Ki Hadjar Dewantoro. Dia termasuk bangsawan Jawa yang mengadu ilmu ke Belanda pada tahun 1900-an.

Keluarga besarnya menginginkan keturunan dengan pendidikan Belanda karena menganggap pendidikan di sana mengajarkan kesetaran. Noto dikirimkan oleh ayahnya, Noto Dirodjo, menempuh kuliah hukum di Leiden. Kakaknya, Noto Kworo, sudah belajar kedokteran di kota itu. Demikian juga saudara laki-lakinya yang lain, Gondowinoto, belajar ilmu hukum, dan si bungsu, Noto Diningrat, belajar ilmu Teknik di Delft.

Namun Noto Soeroto merupakan satu-satunya anggota keluarga yang tak menuntaskan kuliah. Ia hanya meraih gelar kandidastsexamen (setingkat sarjana muda) pada 1911. Kuliahnya terus dilanjutkan namun tersendat-sendat.

Ia tinggal di Den Haag dan lebih rajin menjalani aktivitas jurnalistik. Soeroto sangat meyakini politik etis yang dijalankan Pemerintah Hindia Belanda. Tesis akademisi University of Amsterdam, Karel R.B berjudul Kehidupan Duniawi penuh perjuangan: Raden Mas Noto Soeroto, Jawa, Penyair, politisi, 1888-1951 menyebutkan Soeroto menganggap Barat memiliki 'akal' dan timur memiliki 'hati'. Baginya perkembangan Jawa tak pernah bisa lepas dari kehadiran Belanda.

Noto Soeroto dan Soewardi Suryaningrat menari bersama di Den Haag, Maret 1916Noto Soeroto dan Soewardi Suryaningrat menari bersama di Den Haag, Maret 1916 Foto: Koleksi: Joss Wibisono via gatholotjo

Pemikiran ini ia tuangkan dalam beberapa surat kabar diantaranya Bandera Wolanda, Het getij, Wederopbouw, De Gids, dan De Tijdspiegel. Ia juga mendapat penghasilan tambahan dengan menjadi redaktur Nederlandsche Indische Oud en Nieuw.

Aktivitasnya dalam organisasi-pun terlihat ketika ia terlibat dalam Indische Vereeneging (Perhimpunan Hindia/PH). Haluan organisasi ini sangat lunak kepada Belanda dan dirasa cocok oleh Soeroto.


Ia menduduki jabatan ketua PH pada 1911. Pidato pengukuhannya sangat menyanjung RA. Kartini. Baginya Kartini berupaya mengharmoniskan pemikiran timur dan barat.

Pemikiran pro politik etis ini tak pernah berkembang liar di kepala Soeroto. Bahkan ia sempat berkonfrontasi dengan tiga orang buangan dari Indische Partij, Tjipto Mangoenkoesoemo, Soewardi Soerjaningrat, dan Douwes Dekker.

Kehidupan Soeroto sendiri tergolong enak. Kariernya sebagai penyair menghasilkan kumpulan sajak berjudul Melatieknoppen (Kuncup Melati) yang dimuat oleh De Tijdspiegel. Sajak itu mengundang decak kagum dan mengharumkan nama Soeroto.

Ia terinspirasi oleh penyair India, Rabindranath Tagore. Kawan karibnya dari keraton Mangkunegaran Soeriosoeparto menerjemahkan beberapa tulsian Tagore untuknya sebagai referensi. Dua sekawan ini sangat cocok secara pemikiran.

Keduanya sama-sama mendaftar ke dinas militer sebagai perwira cadangan saat Perang Dunia I meletus. Suasana di Belanda tegang karena invasi Jerman ke Belgia. Saat menjalami dinas militer inilah ia menemukan cintanya. Keluarga Meijer, tempat ia tinggal saat mobilisasi militer, memiliki seorang anak perempuan bernama Jo Meijer. Ia menikahinya pada Juni 1918 dan memiliki anak pada Oktober di tahun yang sama bernama Rawindro. Dua anak lainnya, Dewatya (Dewi) lahir pada 1922 dan Harindro Dirodjo lahir pada 1928.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Kondisi keuangannya pasca menikah sempat cekak. Bapaknya meninggal, iapun meminta bantuan keuangan Soerisoeparto yang sudah duduk menjadi Mangkunegara VII. Bantuan diberikan, Soeroto mendirikan toko buku dan penerbitan Hadi Pustoko pada 1920.

Kariernya sebagai penyair terus menanjak setelah ia mendirikan majalah Oedaya (Opgang) berisi kebudayaan dan seni. Namanya melambung sejajar dengan seniman di Amsterdam. Walau terbilang berhasil, beberapa rekan-rekannya di majalah De Taak dan Weekblad voor Indie, mengutuk perkawinannya.

"Sebagai pembimbing ia tak memberikan contoh yang baik. Ditinjau dari amsanya dan tahap perkembangan pengertian kebangsaan kita, perkawinan itu membawa kekacauan, dan harus dikutuk, perbuatan itu sendiri menunjukkan bahwa ia memiliki keberanian," catat Harry A. Poeze dalam Di Negeri Penjajah: Orang Indonesia di Negeri Belanda, 1600-1950.

Karier organisasi Soeroto di Perhimpunan Hindia berakhir ketika dia dikeluarkan pada 14 Desember 1924 karena pemikirannya dianggap merugikan Indonesia. Pertentangan gagasan politik tengah memuncak.

Ia kehilangan pendukung dan majalah Oedaya kehilangan pelanggan. Kariernya lesu hingga memutuskan pulang ke Hindia Belanda. Soeroto kemudian bekerja sebagai karyawan perusahaan asuransi dan kerja sambilan sebagai sekretaris sahabatnya, Mangkunegara VII.

Pendapatannya tak seberapa, untuk menunjang hidup. Namun ia dapat menyisihkan sebagian untuk mengirimi uang kepada keluarganya yang ditinggal di Belanda. Pada 1937 ia kembali bertandang ke Belanda, itulah saat terakhirnya bersama keluarga.

Ia kembali pulang dan jaman sudah berubah. Jepang datang tak lama kemudian. Soeroto yang dianggap dekat dengan Belanda beberapa kali disiksa kempetai (polisi rahasia Jepang).

Sedangkan perang yang melanda Eropa memporakporandakan keluarganya. Istrinya, Jo, ditangkap Jerman karena menyebarkan surat kabar illegal. Anaknya yang pertama, Rawindro, dibawa ke kamp konsentrasi NAZI dan meninggal pada 1945.

Pada 1944, karibnya, Mangkunegaran VII, wafat. Soeroto menyambung hidup dengan menulis artikel dan berupaya menghidupkan Oedaya namun gagal. Pada 1951 ia jatuh ia sakit dan meninggal pada November. Anak bungsunya, Harindro, datang sehari setelah ia meninggal.

(ayo/jat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads