Taufik mengatakan pers Indonesia saat ini ada dalam era digital dan semakin kuatnya era industri media massa dengan penguasaan para pemilik modal. Kedua hal itu menjadi tantangan dunia pers ke depan.
Dalam peringatan hari pers kali ini, dia menyoroti mengenai pers di era industrialisasi yang ditandai adanya dua kepentingan. Selain dituntut untuk memberikan informasi yang sifatnya edukatif dan informatif, pers saat ini dinilai harus bersaing secara finansial untuk membiayai operasional media. Namun dia mengingatkan seluruh insan pers tetap mengedepankan kode etik profesi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Taufik juga mengingatkan seluruh insan pers yang ada di Indonesia tetap teguh menjalankan perannya sebagai pilar keempat demokrasi. Peran pers sebagai kontrol sosial disebutnya harus tetap berjalan, sekaligus memberikan kritik yang membangun dan sebagai corong suara masyarakat yang tidak bisa bersuara.
"Di era industrialisasi, pers dihadapkan dalam kondisi yang sangat dilematis, namun idealisme pers sebagai corong bagi masyarakat yang tidak mampu bersuara tidak boleh hilang. Pers harus independen dan keberpihakan kepada rakyat merupakan sebuah keniscayaan yang tidak boleh dipungkiri," tutur Taufik.
Bukan hanya soal idealisme yang menjadi tantangan bagi media saat ini. Perkembangan teknologi yang pesat juga memunculkan informasi yang berkembang di masyarakat semakin banyak dan riuh, sehingga terkadang sulit dibedakan antara berita yang nyata dan informasi bohong atau hoax. Taufik menilai peran pers sangat penting dalam aspek ini.
"Di era digitalisasi tersebut, pers harus berperan memberikan informasi yang benar, edukatif, mencerdaskan, dan memberikan pencerahan kepada masyarakat di tengah banyaknya hoax," papar Waketum PAN itu.
Imbas hoax pun menjadi perhatian Taufik. Sebab, belakangan muncul sejumlah media yang memberikan informasi hoax dan tidak memenuhi standar perusahaan pers yang telah ditetapkan Dewan Pers. Dewan Pers pun diminta tegas mendisiplinkan media-media yang seperti itu.
"Karena apa yang dilakukannya sangat mencederai semangat pers Indonesia dalam mencerahkan, mencerdaskan, dan memberdayakan masyarakat," kata Taufik.
"Pers yang objektif itu berpihak pada kebenaran, jujur memberitakan, berintegritas dalam tindakan, dan adil dalam memberikan informasi dengan prinsip cover both side," lanjutnya.
Peringatan HPN 2018, diharapkan Taufik, bisa menjadi momentum pembenahan internal pers di Indonesia. Dia punya pesan bagi pelaku media.
"Agar mewujudkan pers yang merdeka, independen, objektif, dan menyuarakan suara masyarakat," tutup Taufik. (elz/imk)











































