"Sementara baru 4-5 saksi, masyarakat yang ada di sekitar tkp kebetulan saksi-saksi yang melihat, melaporkan kita peeriksa awal. Sambil kita cari saksi-saksi," ujar Kapolres Kutai Timur AKBP Teddy Ristiawan kepada detikcom, Rabu (7/2/2018).
Teddy mengatakan lokasi penemuan orang utan itu berada di kawasan Taman Nasional Kutai Timur. Investigasi pun akan dilakukan lebih lanjut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya, Centre for Orang Utan Protection (COP) mengatakan dari hasil autopsi Selasa (6/2) malam, di tubuh orang utan itu ditemukan ada 130 peluru. Peluru senapan angin itu bersarang di kepala (74 peluru), tangan kanan (9 peluru), tangan kiri (14 peluru), kaki kanan (10 peluru), kaki kiri (6 peluru), dan dada (17 peluru). Tak hanya itu ditemukan luka lebam pada bagian paha, dada, dan tangannya.
"Namun tim otopsi hanya mampu mengeluarkan 48 peluru. Penyebab kematian sementara diperkirakan karena adanya infeksi akibat luka yang lama ataupun yang baru terjadi. 130 peluru adalah terbanyak dalam sejarah konflik antara orang utan dan manusia yang pernah terjadi di Indonesia," kata Manager Perlindungan Habitat COP Ramadhani. (ams/imk)