Cegah Radikalisme, Kemen PPPA Beri Bimbingan ke Calon Pekerja Migran

Cegah Radikalisme, Kemen PPPA Beri Bimbingan ke Calon Pekerja Migran

Seysha Desnikia - detikNews
Jumat, 02 Feb 2018 17:10 WIB
Foto: Asisten Deputi Perlindungan Hak Perempuan dalam Ketenagakerjaan, Kementerian PPPA Lies Rosdianty (Seysha-detikcom)
Jakarta - Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) memberikan penguatan mental kepada calon pekerja migran. Pelatihan dilakukan supaya calon pekerja migran siap mental bekerja di luar negeri.

"Karena di luar negeri itu tidak hanya butuh keterampilan tapi juga mental, karena di luar negeri itu budayanya berbeda bahasanya berbeda hukumnya berbeda. Kita membekali mereka supaya punya mental baja, mental juara," ujar Asisten Deputi Perlindungan Hak Perempuan dalam Ketenagakerjaan Kementerian PPPA Lies Rosdianty, di Kantornya, Jl. Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Jumat (2/2/2018).

Dia menjelaskan, pelatihan ini juga untuk mengantisipasi calon pekerja migran terpengaruh ajaran radikalisme. Pelatihan itu akan memberi pengertian kepada calon pekerja migran untuk tidak ikut ajaran radikalisme.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT




"Lebih ke pada mentalnya, bukan cuma itu ya sekarang pekerja migran luar negeri rentan menjadi sasaran ajaran radikalisme nah itu juga kita bekali," ujar Lies

"Soalnya kan pekerja migran kita banyak yang menjadi sasaran ajaran-ajaran radikalisme akhirnya pergi ke suriah apa gimana," sambungnya.

Lies menjelaskan pelatihan ini sudah dimulai sejak 2017. Dia menyebut hingga saat ini sudah melatih ratusan calon pekerja migran.

"Kalau penguatan mental sudah berapa ratus orang kita latih, itu bertahap kita latih, itu bertahap kita latih, 300 ya. 300 orang karena kita nggak boleh sekelas banyak, nggak boleh lebih dari 30 orang," paparnya.

Anggota Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) Maizidah Salas, menyebut, penguatan mental akan diberikan sebelum calon pekerja migran berangkat ke luar negeri. Menurutnya, mental adalah hal yang penting untuk dibekali supaya mereka bisa melawan ketika haknya tidak didapatkan.

"Jadi sebelum mereka berangkat keluar negeri, kami berikan pembekalan, jadi sebelum mereka berangkat sudah kuat secara mental. Kenapa harus mental yang dibekali? karena ini yang akan menjadi ujung tombaknya dia yang akan berhasil atau tidak ketika berani melawan ketika haknya diabaikan," tutur Maizidah.


(rvk/rvk)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads