Super Blue Blood Moon, BMKG akan Teliti Kemagnetan Bumi

Super Blue Blood Moon, BMKG akan Teliti Kemagnetan Bumi

Denita Matondang - detikNews
Rabu, 31 Jan 2018 13:23 WIB
Ilustrasi super blue blood moon (DW-Soft News)
Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut fenomena super blue blood moon bagus untuk penelitian teori kemagnetan bumi. Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan pihaknya juga akan memanfaatkan momen langka ini untuk penelitian.

"Tentunya kami juga memiliki tim riset untuk mengamati kemagnetan bumi atas peristiwa ini di mana ke depannya dapat dimanfaatkan pihak yang membutuhkan," ujar Dwi dalam acara coffee morning di gedung BMKG, Jalan Angkasa, Kemayoran, Jakarta, Selasa (31/1/2018).


Alasan super blue blood moon bagus untuk penelitian teori kemagnetan bumi, salah satunya, menurut Dwi, terkait dengan periode berlangsungnya gerhana. Jangka waktu yang disebutnya cukup lama itu dirasa ideal untuk mengamati pergerakan bumi, bulan, dan matahari.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami mengimbau Menristek Dikti melakukan gerakan penelitian karena super blue blood moon kali ini memiliki durasi yang ideal untuk mengamati pergerakan antara bulan, bumi, dan matahari. Ada sekitar 70 menit dan ini durasi yang panjang dan jarang terjadi," ucapnya

Super Blue Blood Moon, BMKG akan Teliti Kemagnetan BumiFenomena super blue blood moon 31 Januari 2018 (dok BMKG)

Dia menyakini fenomena yang berlangsung selama 70 menit itu akan memiliki dampak terhadap kemagnetan dan gravitasi bumi. Apalagi peristiwa super blue blood moon ini diprediksi baru akan terjadi kembali dalam kurun 150 tahun mendatang.

"Sehingga pasti ada dampak pada fenomena terhadap kemagnetan bumi, gravitasi bumi, dan hal lainnya dan ini peristiwa yang sangat langka. Kita bisa menyaksikan 150 tahun lagi," ujar Dwi.

Dia mengatakan fenomena super blue blood moon sudah dapat disaksikan sore hari ini. Puncak gerhana diperkirakan terjadi sekitar pukul 20.30 WIB.

"Fenomena puncak terjadi pukul 20.20 waktu Indonesia bagian barat. Di WIT dan Wita terjadi selisih antara satu dan dua jam, tetapi mulai sore sudah bisa diamati secara berangsur-angsur," ucap Dwi.

[Gambas:Video 20detik]

(gbr/imk)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads