Kunjungi Afghanistan, Jokowi Dipuji 'Man of Action'

Kunjungi Afghanistan, Jokowi Dipuji 'Man of Action'

Aditya Mardiastuti - detikNews
Selasa, 30 Jan 2018 09:25 WIB
Presiden Jokowi dan Presiden Afghanistan (Foto: Rusman - Biro Pers Setpres)
Jakarta - Kunjungan Presiden Joko Widodo ke Afghanistan menuai pujian. Pasalnya meski serangkaian bom tengah terjadi di negara tersebut, Jokowi mantap melakukan kunjungan kenegaraan.

"Ini kan menunjukkan bahwa beliau 'man of action' yang mengutamakan tindakan. Beliau tentu sudah punya analisis intelijen yang bagus bahwa pemerintah Afghanistan sudah bisa mengelola wilayah tersebut dengan baik dan wilayah yang dikunjungi Jokowi steril adanya," ujar Pengamat Hubungan Internasional dari Universitas Padjajaran, Teuku Rezasyah ketika dihubungi via telepon, Senin (29/1/2018) malam.

"Ini menunjukkan kepemimpinan progresif, di mana anda tidak terpengaruh dengan gangguan kecil yang terjadi," imbuhnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Teuku menambahkan Jokowi merupakan representasi tokoh ASEAN, Gerakan Non Blok, dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI). Kehadirannya menunjukkan Afghanistan tidak sejelek yang dipikirkan orang. Dia pun menambahkan sikap Jokowi layak diapresiasi masyarakat Afghanistan.

"Yang harus berterima kasih rakyat Afghanistan. Justru Pak Jokowi dengan tenang membagikan kemuliaan Pancasila untuk mempelajari sebagai inspirasi penyelesaian konflik di Afghanistan," pujinya.

Teuku mengatakan sikap Jokowi ini bisa menjadi teladan bagi jajaran menteri untuk lebih berani bertindak. Langkah Jokowi ini pun dipuji meningkatkan kredibilitas Indonesia di mata dunia.

"Justru signifikan melakukan kunjungan ke wilayah yang dibom, gemanya ke luar negeri, presiden kita nggak takut, ayo ngobrol sama-sama, pesannya ke dalam dan luar. Tentunya sikap ini berpengaruh ke menteri yang lain supaya tidak ragu bersikap. Kalau presiden berani melangkah sampai ke perbatasan, wilayah yang korupsinya tinggi, daerah rawan malaria, hingga daerah konflik, hendaknya direspons pejabat Indonesia dengan baik," tuturnya.

Senada dengan Teuku, pengamat hubungan internasional Universitas Indonesia Hikmahanto Juwana menilai kunjungan Jokowi sebagai bentuk dukungan untuk Afghanistan. Dengan kunjungan itu menunjukkan kepercayaan Jokowi akan keamanan di Afghanistan.

"Ya beliau ingin berpihak kepada negara seperti Afghanistan yang saat ini didera berbagai tantangan. Beliau mau menunjukkan bahwa pemerintah Afghanistan dalam kendali negaranya. Presiden Jokowi merasa penjagaan oleh aparat Afghanistan memadai," urai Hikmahanto.

Hikmahanto menambahkan kunjungan Jokowi ke Afghanistan mencerminkan salah satu amanat konstitusi, yaitu ikut menjaga perdamaian dunia. "Ini semua dalam rangka melaksanakan amanah Konstitusi kita yaitu turut menjaga perdamaian dan ketertiban dunia," paparnya.

Kunjungan Jokowi ke Afghanistan juga disebut kabar mengagetkan. Pengamat Timur Tengah UGM Siti Mutia menilai kunjungan Jokowi ke Afghanistan itu bagian dari upaya melaksanakan keseimbangan hubungan politik luar negeri.

"Saya menduga memang pak Jokowi melakukan perimbangan hubungan antara negara-negara barat dengan timur, antara negara yang maju dengan negara yang sedang berkembang- 'miskin'-kurang berkembang," kata Siti dihubungi terpisah.

Dia menyoroti kunjungan Jokowi itu untuk meningkatkan citra politik luar negeri. Pasalnya masih ada kinerja yang belum terlihat, salah satunya di bidang poros maritim.

"Setiap presiden ingin politik luar negerinya itu bisa dikenang. Breaking through poros maritim belum kelihatan hasilnya, sehingga beliau memang mengatakan harus ada termin kedua untuk melakukannya, dan itu sah-sah saja," katanya.

Apalagi menurutnya Afghanistan merupakan salah satu wilayah yang rawan konflik. Adanya kelompok militan Taliban, menjadikan perhatian Amerika Serikat (AS) pun tertuju pada Afghanistan.

"Yang saya katakan Afghanistan ini dikatakan seperti Irak. Amerika sendiri sudah kewalahan menangani Taliban di Afghanistan. Artinya Afghanistan dalam sorotan Amerika sebagai negara superpower. Tiba-tiba presiden kita datang ke sana, itu kan bisa dinilai apakah Indonesia bisa membantu Amerika untuk meredakan itu apakah Indonesia menengahi," kata Siti.

"Saya menduga bahwa beliau ingin menjadi penengah antara Taliban dengan pemerintahan Afghanistan dengan yang inline, sejalan dengan Amerika, jadi penengah supaya Taliban tidak berontak-berontak lagi," tuturnya.

Meski begitu, Siti mempersoalkan alasan Jokowi terkesan 'ngotot' untuk ke Afghanistan. Dia kemudian mempertanyakan alasan Jokowi memilih Afghanistan.

"Tapi saya katakan dalam sorotan, kenapa bukan dunia Islam yang tidak bermasalah seperti Afrika Utara: Maroko, Aljazair, negara Teluk Uni Emirat Arab, Qatar, yang tidak bermasalah saya menduga seperti itu karena Indonesia itu, ingin menjadi Islam moderat ini otomatis yang didekati itu islam moderat, yang bisa inline atau bisa harmoni dengan barat," katanya.

Dia menambahkan kunjungan Jokowi juga berpotensi menuai polemik. Apalagi Afghanistan memang dikenal sering terancam kelompok militan Taliban.

"Jadi itu memang polemik lebih lanjut. Jadi yang harmoni itu kalau kita menampilkan Islam moderat. Dugaan saya yang didekati itu dunia Islam itu yang negara moderat, tapi ini kok Afghanistan memang ada Taliban yang bermasalah. Sehingga kemungkinan Presiden ingin jadi penengah," ucapnya.

[Gambas:Video 20detik]

(ams/ita)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.

Hide Ads