Penjelasan PT KCI Tak Tambah Kereta Khusus Wanita Tahun Ini

Penjelasan PT KCI Tak Tambah Kereta Khusus Wanita Tahun Ini

Yulida Medistiara - detikNews
Kamis, 04 Jan 2018 20:00 WIB
Penjelasan PT KCI Tak Tambah Kereta Khusus Wanita Tahun Ini
Ilustrasi (Grandyos Zafna/detikcom)
Jakarta - Kereta khusus wanita di rangkaian kereta Commuter Line tidak ditambah tahun ini. PT Kereta Commuter Indonesia (PT KCI) mengungkapkan alasannya adalah penumpang pria lebih dominan daripada wanita.

"Kereta khusus wanita kita tidak akan tambah. Kenapa? Karena kami punya data 65 persen data penumpang KRL itu laki-laki dan 35 persen wanita. Jadi, atas dasar itu, kita tetap saat ini memberlakukan dalam satu rangkaian ada dua kereta khusus wanita," kata Dirut PT KCI Muhammad Nurul Fadhila di Hotel Borobudur, Jl Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Kamis (4/1/2018).



SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia mengatakan kereta khusus wanita itu diletakkan di ujung rangkaian kereta supaya tidak menjadi sekat apabila diletakkan di tengah. Tidak ditambahnya kereta khusus wanita tahun ini, menurut Fadhila, berdasarkan pertimbangan-pertimbangan.

"Kenapa kereta khusus wanita di ujung? Supaya dia tidak menjadi sekat karena dia tidak boleh dimasuki pria. Jadi belum ada rencana penambahan," ujarnya.

Terkait adanya peristiwa pelecehan seksual di KRL Commuter Line, Fadhila meminta korban bekerja sama dengan melaporkan pelaku kepada petugas keamanan. Hal itu supaya kasus tersebut dapat diproses hukum.

"Kami tidak tinggal diam atas semua kejadian tindak kriminal di KRL. Permasalahannya, kami harus menangkap tangan pelaku. Kebetulan kemarin petugas kami yang didinaskan secara tertutup di dalam rangkaian itu menangkap tangan penumpang yang melakukan pelecehan seksual ke penumpang lainnya," kata Fadhila.

Ia mengatakan tidak memungkinkan jika terdapat petugas keamanan di satu gerbong kereta karena akan dibutuhkan jumlah petugas yang banyak. Oleh karena itu, dia meminta korban yang aktif melakukan pelaporan.

"Jadi tidak relevan kalau ini dikaitkan penambahan petugas. Dalam posisi KRL yang sangat penuh, petugas tidak bisa jalan. Malah dimarahin sama penumpang dia wira-wiri, apalagi itu kereta khusus wanita. Apa yang efektif? Kerja sama penumpang itu sendiri untuk berani mengingatkan dan melaporkan. Kami sudah siapkan petugas di peron dan di dalam kereta insyaallah kita tindak lanjuti," sambungnya.



Adapun kasus lain yang sering terjadi di KRL, khususnya di kereta khusus wanita, adalah penumpang pingsan akibat berdesakan pada saat jam sibuk. Fadhila menyebut mayoritas penumpang pingsan karena belum sarapan.

"Ini 95 persen penumpang pingsan yang ditolong di pos kesehatan setelah dikasih teh manis dan roti itu segar itu karena tidak sarapan. Jadi pos kesehatan itu di sekarang banyak roti," kata Fadhila.

Ia meminta penumpang mengisi perutnya sebelum menaiki kereta Commuter Line pada jam sibuk. Sebab, menurutnya, jika jumlah gerbong kereta ditambah, nantinya jumlah penumpang juga akan bertambah.

"Ada pertanyaan bagaimana cara me-manage-nya. Jadi saya bilang, tolong sarapan dulu sebelum naik KRL. Kan tidak enak misalnya kita tambah terus rangkaiannya, tentu akan bertambah terus jumlah penumpang harian. Akan sangat sulit menghindari kepadatan pada saat jam-jam kerja. Tapi selama ritme kerjanya di jam itu, mohon kerja samanya itu, isi perutnya disiapin," ujarnya. (yld/rvk)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads