Menurut Hendri, wajar jika Golkar menginginkan munaslub. Pasalnya, Golkar membutuhkan sosok pemimpin yang kuat untuk menghadapi Pilkada 2018.
"Wajar bila DPD I dan II Golkar menginginkan munaslub. Golkar akan menghadapi Pilkada 2018, sehingga membutuhkan nakhoda yang kuat dan mapan dalam memimpin," kata Hendri dalam keterangannya, Jumat (24/11/2017) malam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Golkar membutuhkan image rebound atau perbaikan citra dengan cepat untuk menjaga kepercayaan rakyat, terutama kepercayaan Jokowi. Ini penting karena, selain sebagai presiden saat ini, Jokowi kandidat terkuat capres 2019. Bila luntur kepercayaan Jokowi, Golkar dapat terancam berada di luar kekuasaan, sesuatu cobaan yang amat sulit bagi Golkar," ujarnya.
Menurut Hendri ada sejumlah nama yang dirasa cocok untuk mengisi posisi ketua umum menggantikan Novanto. Nama yang disebutnya, antara lain Airlangga Hartarto hingga Titiek Soeharto, telah menyatakan kesiapan jika ditunjuk menggantikan Novanto.
"Mewakili gerakan perubahan, ada nama Airlangga Hartarto dan Bambang Soesatyo. Dari kepanjangan Munas Bali, yaitu Ade Komarudin dan Aziz Syamsuddin," ujarnya.
Untuk calon alternatif, Hendri menyebutkan tiga nama, yaitu Titiek Soeharto, Indra Bambang Utoyo, dan Priyo Budi Santoso.











































