Tak hanya bus yang ngetem, loket tiket dengan meja sederhana disediakan. Namun lokasi itu bukanlah terminal seperti Terminal Grogol atau Terminal Kalideres. Pemerintah menyebut lokasi seperti itu sebagai terminal bayangan. Tidak ada pembayaran retribusi kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Pantauan pada Jumat (24/11/2017) sekitar pukul 22.30 WIB, ada tiga perusahaan otobus yang berada di lokasi, yakni Dedy Jaya, Dewi Sri, dan Kramat Jati. Bus-bus itu masih sepi penumpang, supir, kernet, dan penjaga loket terlihat ngobrol di depan meja loket.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tiap hari ada disini. Cuma malam, nggak berani siang. Biasanya selepas magrib baru bisa parkir," kata penjaga loket bus, Udin, di lokasi.
![]() |
Harga tiket menuju Pemalang Rp 80 ribu untuk ekonomi dan Rp 90 ribu untuk bus AC. Penumpang pun akan mendapat tiket resmi PO bersangkutan.
Terminal-terminal bayangan menjadi 'musuh' Dishub, apalagi setelah ada perintah langsung dari Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi untuk ditindak. Operasi pun giat dilancarkan oleh Suku Dinas Perhubungan Jakarta Barat.
Kepala Suku Dinas Perhubungan Jakarta Barat Anggiat Banjar Nahor menyebut Jalan Latumenten selalu diawasi oleh petugas. "Setiap hari sudah TO (target operasi) kami," kata Anggiat saat dihubungi terpisah.
"Itu dia, jadi mereka itu menyiasati kita. Coba, pinter nggak, tuh," ujar Anggiat.
Ia pun mengancam akan memberi sanksi keras jika PO yang bersangkutan terkena derek. "Nanti, kalau kedapatan (dikandangkan), gua nggak keluarin nanti," ucap Anggiat.
Perlu Kerja Sama Antarinstansi
Anggiat mengatakan Dishub tidak mampu membersihkan terminal bayangan di Jalan Latumenten sendirian. Pembersihan harus dilakukan bersama instansi lain, seperti Satpol PP.
Di kawasan terminal bayangan Jalan Latumenten, terdapat warung yang berdiri di atas trotoar dan di bawah jembatan penyeberangan orang. Selain itu, loket tiket berupa meja dan kursi berada di atas trotoar.
Dishub tidak punya wewenang menertibkan itu. Padahal warung dan loket tiket mendukung adanya terminal bayangan.
"Itu tupoksi Satpol PP. Masak mereka nggak tahu. Ya sama-samalah. Ini seolah-olah kan semua urusan saya," ujar Anggiat. (aik/ams)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini