Saat Malam, Masih Ada Terminal Bayangan di Latumenten Jakbar

Saat Malam, Masih Ada Terminal Bayangan di Latumenten Jakbar

Arief Ikhsanudin - detikNews
Sabtu, 25 Nov 2017 07:08 WIB
Terminal bayangan di Latumenten (Arief Ikhsanudin/detikcom)
Jakarta - Lima bus antarkota antarprovinsi (AKAP) terparkir berjajar di pinggir Jalan Latumenten, Jakarta Barat. Mereka ngetem untuk menunggu penumpang.

Tak hanya bus yang ngetem, loket tiket dengan meja sederhana disediakan. Namun lokasi itu bukanlah terminal seperti Terminal Grogol atau Terminal Kalideres. Pemerintah menyebut lokasi seperti itu sebagai terminal bayangan. Tidak ada pembayaran retribusi kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Pantauan pada Jumat (24/11/2017) sekitar pukul 22.30 WIB, ada tiga perusahaan otobus yang berada di lokasi, yakni Dedy Jaya, Dewi Sri, dan Kramat Jati. Bus-bus itu masih sepi penumpang, supir, kernet, dan penjaga loket terlihat ngobrol di depan meja loket.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bus ini hanya tersedia saat malam. Mereka tidak berani beroperasi pada siang hari karena khawatir diderek Dinas Perhubungan DKI Jakarta.

"Tiap hari ada disini. Cuma malam, nggak berani siang. Biasanya selepas magrib baru bisa parkir," kata penjaga loket bus, Udin, di lokasi.

Salah satu bus yang ngetem di terminal bayangan LatumentenSalah satu bus yang ngetem di terminal bayangan Latumenten. (Arief Ikhsanudin/detikcom)
Bus yang biasa mangkal di sana adalah jurusan Pemalang, Tegal, dan Pekalongan. Bus-bus tersebut tidak transit di Terminal Kalideres atau Grogol. Bus langsung menuju tujuan melalui Gerbang Tol Jelambar, tak jauh dari lokasi terminal bayangan.

Harga tiket menuju Pemalang Rp 80 ribu untuk ekonomi dan Rp 90 ribu untuk bus AC. Penumpang pun akan mendapat tiket resmi PO bersangkutan.

Terminal-terminal bayangan menjadi 'musuh' Dishub, apalagi setelah ada perintah langsung dari Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi untuk ditindak. Operasi pun giat dilancarkan oleh Suku Dinas Perhubungan Jakarta Barat.

Kepala Suku Dinas Perhubungan Jakarta Barat Anggiat Banjar Nahor menyebut Jalan Latumenten selalu diawasi oleh petugas. "Setiap hari sudah TO (target operasi) kami," kata Anggiat saat dihubungi terpisah.

Namun sopir dan pegawai PO mengambil celah jam kerja Dishub, yakni saat petugas pulang, setelah pukul 21.00 WIB.

"Itu dia, jadi mereka itu menyiasati kita. Coba, pinter nggak, tuh," ujar Anggiat.

Ia pun mengancam akan memberi sanksi keras jika PO yang bersangkutan terkena derek. "Nanti, kalau kedapatan (dikandangkan), gua nggak keluarin nanti," ucap Anggiat.


Perlu Kerja Sama Antarinstansi

Anggiat mengatakan Dishub tidak mampu membersihkan terminal bayangan di Jalan Latumenten sendirian. Pembersihan harus dilakukan bersama instansi lain, seperti Satpol PP.

Di kawasan terminal bayangan Jalan Latumenten, terdapat warung yang berdiri di atas trotoar dan di bawah jembatan penyeberangan orang. Selain itu, loket tiket berupa meja dan kursi berada di atas trotoar.

Dishub tidak punya wewenang menertibkan itu. Padahal warung dan loket tiket mendukung adanya terminal bayangan.

"Itu tupoksi Satpol PP. Masak mereka nggak tahu. Ya sama-samalah. Ini seolah-olah kan semua urusan saya," ujar Anggiat. (aik/ams)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads