Anak itu lahir pada Selasa (21/11/2017) pagi hari sekitar pukul 07.00 WIB. Tim Elephant Flying Squad kerjasama WWF-Indonesia di Riauβ Balai Taman Nasional Tesso Nilo, didampingi dokter hewan Annisa Wandhasari segera melakukan pemeriksaan fisik ibu dan bayi gajah ini.
Bayi gajah ini dalam kondisi sehat dengan berat sekitar 156 kg, tinggi badan 94 cm, lingkar dada 129 cm, panjang badan 101 cm, berat badan 156,03 kg, dan lingkar kaki 48 cm.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Dirjen KSDAE, Wiratno yang hadir langsung di Taman Nasional Tesso Nilo mengatakan, kelahiran gajah di Taman Nasional Tesso Nilo ini harus menjadi penyemangat semua pemangku kepentingan bahwa masih ada harapan bagi Taman Nasional Tesso Nilo.
"Taman Nasional Tesso Niloini menjadi prioritas Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk dikembalikan lagi fungsi-fungsi ekosistemnya guna mendukung keberlangsungan keanekaragaman hayati di dalamnya, di antaranya gajah Sumatera," kata Wiratno dalam keterangannya kepada wartawan, Jumat (24/11).
Kehamilan gajah Ria untuk pertama kali diketahui pada Mei 2016. Kemudian tim dan dokter hewan terus memantau perilaku gajah ini. Memastikan hal ini, dokter hewan tim Elephant Flying Squad dan dari Dinas Peternakan Batu Sangkar, Sumatera Barat melakukan pemeriksaan dengan menggunakan alat USG (Ultrasonography) Juli 2017.
Hasilnya, tim dokter memastikan kehamilan Ria sekitar umur 10 bulan. Secara umum kondisi induk gajah ini sehat, dan fetus bergerakaktif.
Manajer Program WWF, Program Sumatera Tengah, Nurchalis Fadhli, mengatakan Taman Nasional Tesso Nilo ini hanya tersisa 25 persen hutannya.
"Kelahiran anak gajah ini memberiharapan dan dapat menjadi pengingat bahwa kita perlu berbagi ruang untuk semua mahluk, termasuk gajah," kata Fadli.
Hal senada disampaikan oleh Kepala Balai Taman Nasional Tesso Nilo, Supartono.
"Kami sangat gembira dengan kelahiran anak gajah ini. Ini merupakan bukti capaian terhadap konservasi ex-situ yang berada di dalam taman nasional," katanya.
Kawasan hutan Tesso Nilo berdasarkan studi populasi berbasis DNA yang dilaksanakan oleh WWF, Lembaga Molekular Eijkman dan Balai Taman Nasional Tesso Nilo memiliki 147 individu gajah. Terdapat dua kantong gajah di Tesso Nilo yang daerah jelajahnya meliputi taman nasional, hutan konsesi dan juga kawasan pemukiman di sekitarnya.
Guna membantu pencegahan dan penanganan konflik manusia-gajah, Elephant Flying Squad yang terdiri dari empat gajah terlatih dan 8 orang perawatnya yang menjadi tim inti ditempatkan di Desa Lubuk Kembang Bunga,Kecamatan Ukui, salah satu desa yang berbatasan dengan Taman Nasional Tesso Nilo. (cha/asp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini