Ancang-Ancang Jepang Hadapi Gempa Terbesar Abad ini

Ancang-Ancang Jepang Hadapi Gempa Terbesar Abad ini

Deutsche Welle (DW) - detikNews
Selasa, 15 Jul 2025 10:53 WIB
Jakarta - Pihak berwenang Jepang telah mengevakuasi puluhan orang dari pulau-pulau terpencil di selatan negara itu, setelah wilayah tersebut diguncang oleh lebih dari 1.700 gempa dalam beberapa pekan terakhir.

Pada tanggal 1 Juli lalu, pemerintah Jepang menyetujui pembaruan besar terhadap rencana darurat yang bertujuan melindungi masyarakat bila terjadi gempa besar di kawasan selatan Jepang, sekaligus menjadi pedoman tanggap bencana apabila skenario terburuk benar-benar terjadi.

Langkah ini diambil di tengah gelombang gempa yang belum pernah terjadi sebelumnya mengguncang gugusan Kepulauan Tokara. Puluhan penduduk dari rantai pulau yang terpencil iniβ€”yang terletak di tengah perjalanan antara pulau utama paling selatan Jepang, Kyushu, dan Prefektur Okinawaβ€”telah dievakuasi ke daratan utama setelah mengalami lebih dari 1.700 getaran sejak 21 Juni.

Menurut Badan Meteorologi Jepang, pada hari Senin (07/07) saja, wilayah ini diguncang sebanyak 60 kali, dengan Pulau Akusekijima dihantam beberapa gempa berkekuatan magnitudo 5.

Para pakar mencatat bahwa sebelumnya pernah terjadi aktivitas gempa beruntun di wilayah tersebut, namun belum pernah sebesar dan selama ini. Otoritas telah mengimbau penduduk yang memilih tetap tinggal agar selalu waspada menghadapi gempa susulan, sambil menegaskan bahwa aktivitas seismik yang tengah berlangsung di Kepulauan Tokara bukan merupakan pertanda langsung dari gempa besar yang ditakuti dari zona patahan Nankai Trough. Namun para ilmuwan dan pejabat sepakat bahwa bencana itu tak dapat dielakkan, dan perlahan kian mendekat.

Ancaman Nankai Trough

Jepang termasuk salah satu negara dengan aktivitas gempa bumi paling intens di dunia. Negeri kepulauan ini, yang menjadi tempat tinggal sekitar 125 juta jiwa, bertengger di atas persimpangan empat lempeng tektonik besar, menghampar di sepanjang tepian barat 'Cincin Api' Pasifik. Setiap tahun, negeri sakura ini mengalami sekitar 1.500 gempa bumi, dan menjadi penyumbang sekitar 18% dari seluruh gempa bermagnitudo 6 ke atas di dunia.

Pada bulan Maret lalu, pemerintah Jepang merilis laporan terbaru tentang ancaman dari patahan Nankai Trough β€” zona subduksi sepanjang 900 kilometer yang membentang sejajar dengan pantai selatan Jepang, dari Kyushu di barat hingga Tokyo di timur. Studi tersebut memperkirakan peluang terjadinya gempa magnitudo 9 di patahan ini mencapai 80% dalam 30 tahun ke depan.

Ayo berlangganan newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

Pada tahun 2014, laporan serupa memprediksi korban jiwa hingga 332.000 dan kerusakan 2,5 juta bangunan, terutama akibat tsunami yang menerjang pesisir. Namun dalam laporan revisi terbaru, jumlah korban tewas diperkirakan turun menjadi sekitar 298.000 jiwa, kebanyakan korban tsunami, dengan kerusakan bangunan diperkirakan mencapai 2,35 juta.

Sebagai respons, Dewan Pusat Manajemen Bencana Jepang menyusun rencana baru yang ambisius, menargetkan pengurangan korban jiwa hingga 80% dalam dekade mendatang.

Takeshi Sagiya, profesor di Pusat Penelitian Seismologi, Vulkanologi, dan Mitigasi Bencana Universitas Nagoya, menyatakan bahwa meskipun target itu terpuji, kemungkinan besar sulit dicapai bila gempa magnitudo 9 benar-benar terjadi.

"Prioritas utama pemerintah adalah menyelamatkan sebanyak mungkin nyawa," ujar Sagiya. "Namun, meski kita banyak belajar dari gempa besar Tohoku 2011, kita sadar bahwa melindungi semua orang dan segalanya adalah hal yang mustahil."

Tanggul laut yang lebih tinggi dan kokoh sudah dibangun di sejumlah wilayah, bersamaan dengan ratusan menara penyelamatan tsunami di komunitas paling rentan. Salah satunya ada di kota Kuroshio, Prefektur Kochi, di mana para ahli memprediksi tsunami setinggi 34 meter bisa menghantam daratan dalam skenario terburuk.

Pendidikan adalah kunci menyelamatkan nyawa

Namun Sagiya menegaskan bahwa edukasi masyarakat jauh lebih penting daripada infrastruktur. "Infrastruktur memang penting, tetapi mungkin yang lebih penting adalah mengedukasi penduduk setempat tentang apa yang harus dilakukan ketika gempa bumi terjadi, bagaimana mereka dapat melakukan evakuasi dengan cepat, dan rute mana yang harus mereka ambil," tandas Sagiya. "Masyarakat perlu lebih memahami bahayanya karena perkiraan menyebutkan bahwa tsunami pertama dapat menghantam pantai hanya lima menit setelah gempa."

Sebagai perbandingan, pada bencana Tohoku 2011, gelombang tsunami pertama datang sekitar 30 menit setelah gempa, tetapi tetap menyebabkan hampir seluruh dari 20.000 korban jiwa.

Sagiya juga mengakui bahwa membangun tanggul setinggi 30 meter di seluruh garis pantai selatan Jepang jelas tidak praktis. Kota-kota besar seperti Nagoya dan Osaka hampir pasti akan terdampak tsunami. "Dan ketika kerusakan meluas di kota-kota besar, siapa yang akan dapat membantu komunitas pesisir yang terpencil?" tanyanya.

Pelajaran pahit lainnya datang dari runtuhnya sistem pertahanan di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Fukushima. Kazuto Suzuki, profesor kebijakan sains dan teknologi di Universitas Tokyo dan ketua tim investigasi bencana Fukushima selama 10 tahun, menyebutkan: "Alasan kegagalan reaktor Fukushima Daiichi adalah karena generator diesel yang menjadi sumber daya cadangan ditempatkan di ruang bawah tanah yang terendam banjir," ujarnya kepada DW.

Tatkala pemadam kebakaran kewalahan

Demikian pula, mobil pemadam kebakaran yang memompa air ke tiga reaktor yang mengalami kehancuran, semuanya terparkir di satu tempat yang diterjang ombak, sehingga tidak dapat beroperasi.

"Pelajaran telah dipetik sejak 2011, dan kini ada regulasi baru terkait generator darurat, armada pemadam, serta langkah keselamatan lainnya," kata Suzuki. "Namun masih banyak ketidakpastian soal gempa di Nankai Trough. Karena itu, upaya perbaikan harus terus berjalan tanpa hentiβ€”menyelidiki, mengidentifikasi kelemahan, lalu memperbaikinya."

Meski terdapat beberapa fasilitas nuklir di pesisir selatan yang berisiko terdampak gempa besar dari Nankai Trough, Suzuki menyebut yang paling menjadi kekhawatirannya adalah Pembangkit Nuklir Sendai di Prefektur Kagoshima. "Meskipun tidak menghadap langsung ke patahan Nankai Trough, saya yakin pembangkit ini yang paling rentan dan ada kemungkinan mengalami kerusakan serius atau kegagalan operasional," pungkasnya.

Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Inggris.
Diadaptasi oleh Ayu Purwaningsih
Editor: Hendra Pasuhuk

Simak juga Video 'Klarifikasi Neo Japan Soal Teguran Pemerintah Jepang':

(ita/ita)

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads