"Dia (Menlu) diutus dari sana, perkembangannya gimana, supaya kita bisa menentukan hal-hal bersifat urgensi untuk bisa menyikapi masalah-masalah Rohingnya atau Myanmar. Tentunya tanpa melakukan sesuatu yang dinilai sebagai intervensi negara lain, tapi terus terang kita membantu," ucap Wiranto saat ditemui di kantor Kemenkopolhukam, Jl Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Kamis (23/11/2017).
Dalam pertemuan siang itu, Retno menyampaikan hal-hal positif terkait perkembangan situasi di daerah konflik tersebut. Ia juga melihat sudah mulai ada titik penyelesaian dari krisis Rohingya, yaitu dengan akan ditandatanganinya Memorandum of Understanding (MoU) atau Nota Kesepahaman antara Myanmar dan Bangladesh.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ditemui terpisah, Retno menjelaskan kedatangannya ke Naypyitaw, Myanmar pada Senin (20/11), bersama Menlu Asia-Eropa atau ASEM adalah untuk mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai konflik tersebut. Hal ini diperlukan agar masing-masing negara dapat memberikan bantuan yang tepat sesuai kapasitasnya.
"Kita minta pihak Myanmar untuk memberikan briefing untuk perkembangan masalah terakhir seperti apa. Kemudian dunia internasional dalam hal ini adalah Uni Eropa (UE), dan negara-negara anggota UE, serta beberapa negara Asia yang bisa dilakukan untuk membantu menyelesaikan Myanmar," tutur Retno.
"Pada saat pertemuan itu kita semua mendorong MoU tersebut dapat segera diselesaikan. Saya juga hari ini akan coba kontak apakah MoU-nya bisa diselesaikan atau tidak. Karena Menlu Bangladesh berencana disana saat itu untuk tinggal lebih lama setelah pelaksanaan meeting selesai. Beliau tinggal untuk melanjutkan last round of negotiation on MoU of repatriation itu," papar Retno. (ams/ams)











































