"Bukan saja prihatin, sedih, tapi juga sangat khawatir kalau tidak dikatakan takut. Kenapa? Dengan adanya kasus yang dihadapi oleh Saudara Setya Novanto, opini publik terhadap Golkar itu mengalami tren penurunan," kata Akbar di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (14/11/2017).
Akbar bicara panjang-lebar soal tren elektabilitas partai berlambang beringin itu dari tiap gelaran pemilu. Akbar menyebut partainya terus mengalami penurunan elektabilitas sejak awal Reformasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau dia di bawah 4 persen, boleh dikatakan, ya dalam bahasa saya, bisa terjadi kiamat di Partai Golkar ini. Karena apa? Golkar bisa tidak punya wakil di DPR," ucap Akbar.
"Bayangkan, kalau sampai di bawah 4 persen, berarti tidak punya hak untuk mempunyai anggota di DPR. Wah, ini yang saya takutkan," imbuh Akbar.
Eks Ketum Golkar ini juga memberikan tanggapan apabila Golkar harus menggelar musyawarah nasional luar biasa (munaslub) untuk mengganti ketum. Apa kata Akbar?
"Menurut saya, harus ada kesiapan semua pihak, seluruh stakeholder Partai Golkar siap melakukan perbaikan dan perubahan. Perbaikan dan perubahan itu dari berbagai aspek yang ada di dalam organisasi," tutur Akbar.
Baca Juga: Novanto Sekeluarga dalam Pusaran Kasus e-KTP
"Bahkan kalau memang itu yang kita anggap terbaik untuk Golkar, termasuk perubahan dalam kepemimpinan," imbuh dia.
Akbar menyebut faktor pemimpin merupakan salah satu penentu kesuksesan suatu partai. Pemimpin partai, kata Akbar, mempengaruhi cara pandang masyarakat terhadap partai tersebut.
"Kalau pemimpinnya dianggap di mata publik, katakanlah, tidak akseptabel, bisa mengakibatkan tren publik juga memberikan penilaian terhadap Golkar juga mengalami penurunan," ucap Akbar. (gbr/dkp)