"Dengan dana itu saya minta dibuatkan film tentang Malahayati dalam tempo sebulan," kata Menteri Pemuda dan Olahraga era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono itu kepada detik.com, Kamis (9/11/2017).
Keumalahayati mengenyam pendidikan militer di Baital Makdis (Pusat Pendidikan Militer Aceh) pada era 1600-an. Selain itu, ayahnya adalah juga seorang laksamana bernama Mahmud Syah bin Laksamana Muhammad Said Syah. Darah raja Aceh mengalir dalam diri Malahayati.
"Dia anak raja, tetapi dia mengenyam pendidikan militer tinggi. Sampai-sampai pelatih pedangnya saja dari Turki," tutur Adhyaksa dengan penuh antusias.
Suaminya, Tuanku Mahmuddin Bin Said Al Latief menjadi Panglima Armada Selat Malaka dan meninggal dalam pertempuran di laut. Namun Keumalahayati tak patah semangat. Kehilangan suami justru mendorongnya untuk membangun pasukan sendiri.
Dia menghimpun perempuan-perempuan yang bernasib seperti dirinya, ditinggal suami yang gugur dalam pertempuran. Pasukan itu dinamai pasukan Inong Balee alias pasukan janda pahlawan yang syahid. Dari catatan sejarah, jumlah pasukannya terus berkembang dari 1000 menjadi 2.000 orang.
Dengan anggaran yang cekak, dia mempercayakan penggarapamn film tersebut kepada H. Alfadin. Sementara untuk para pemerannya beberapa diantaranya dipilih yang sudah punya nama seperti Ine Febriyanti sebagai Laksamana Malahayati, Soultan Saladin (Sultan Al Addin Riayat Syah Al-Qahar), Nizar Zulmi (Sultan Ali Riayar Syah), dan Lusi Faisol (Cut Limpah).
Tapi hasil akhir film yang ditayangkan di TVRI itu tak seperti yang diharapkan. "Mungkin karena dibuat terburu-buru dengan dana terbatas ya menjadi tidak maksimal," kata Endang Moerdopo. Penulis novel "Perempuan Keumala" dan pencipta lagu "Malahayati" itu mengaku pernah menyampaikan kritik langsung tentang hal itu kepada Adhyaksa.
Toh Adhyaksa yang kini memimpin Gerakan Pramuka sepertinya tak kapok. Guna mewujudkan obsesinya tentang film Malahayati yang lebih baik, dia mengaku tengah mendekati Produser Manoj Punjabi dari MD Entertainment. Manoj yang sukses dengan film Habibie dan Ainun diyakini Adhyaksa dapat memproduksi Malahayati secara lebih serius.
"Kita punya banyak sosok pahlawan, sudah selayaknya ada film-film tentang mereka bagi generasi muda, salah satunya ya tentang Malahayati," papar Adhyaksa.
Sementara itu, Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo pernah mengungkapkan rencana TNI Angkatan Laut untuk menggarap film tentang Malahayati. Untuk membuat film ini, tim akan melakukan studi banding ke Turki guna mendapatkan kisah sejarah yang benar-benar akurat. Sebab Malahayati dikisahkan hidup pada era Kesultanan Aceh yang pernah menjalin hubungan dengan Kesultanan di Turki.
"Jadi ini mendunia pasti ini. Maka kita perlu mengadakan studi kepustakaan sehingga benar-benar cerita ini bisa dinarasi dengan perpustakaan yang benar-benar bisa dipertanggungjawabkan," ujar Gatot pada 10 Oktober lalu.
Karena melibatkan banyak negara, rencana pembuatan dan pemasaran film ini kelak bisa masuk ke mancanegara TNI mengkaji betul segala aspeknya. "Karena diharapkan film ini bukan untuk nasional saja tapi internasional, kita menunjukan kepada dunia bahwa kita punya Laksamana Malahayati," ujarnya. (ayo/jat)