"Senjata rakitannya ini aneh, bisa masuk peluru macam-macam. Ada peluru kaliber 5,56 mm, ini sebenarnya untuk senjata laras panjang bukan laras pendek seperti yang ditemukan. (Peluru kaliber 5,56 mm) Itu untuk senapan," kata Kadiv Humas Polri, Irjen Setyo Wasisto di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa (31/10/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setyo menduga 2 terduga teroris yang saat ini dalam pengejaran Densus 88 Antiteror di Gunung Mawu, Bima, NTB, juga mengantongi senjata serupa.
"Kami tak bisa memastikan apakah mereka bersenjata apa tdidak. Buktinya yang dua (terduga teroris) tertembak ini ada senjata apinya. Kemungkinan mereka bawa senjata juga," jelas Setyo.
Setyo menyampaikan berdasarkan hasil identifikasi, peluru yang disita dari terduga teroris tewas dengan peluru yang ditemukan di lokasi penembakan polisi di Bima pada 11 September lalu, sesuai. "Hasil identifikasi (peluru) sesuai. Kemungkinan besar mereka pelakunya," ucap Setyo.
Dua terduga teroris yang tewas akibat baku tembak dengan polisi kemarin (30/10), bernama Amir alias Dance dan Yaman. Mereka adalah jaringan teroris Ansharut Tauhid (JAT) dan Mujahidin Indonesia Timur (MIT). Polisi sebelumnya sudah menduga mendalangi penembakan dua polisi Bima pada 11 September 2017 lalu.
Dalam kontak senjata kemarin, dua terduga teroris bernama Nandar dan Iqbal berhasil kabur setelah dua temannya tertembak.
Baku tembak itu terjadi di Gunung Rite Asakota, tepatnya di daerah perbatasan Kota Bima dengan Kabupaten Bima pada Senin (30/10) pagi hari. Lokasi baku tembak tepatnya di Gunung Mawu Rite, perbatasan Kota Bima dengan Kecamatan Ambalawi, Kabupate Bima. (aud/aan)