"Coba datangi Pak Wiranto, Fahmi Idris, (Tanya) saya kasih dispensasi nggak, sampai berdarah-darah mereka (menyusun disertasi)," kata Djaali di DPR, Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (5/10/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Hanya saya kalau dengan bimbingan seperti teman, mereka saya beri kebebasan, saya ajak dialog, karena saya yakin kebenaran ada dalam diskusi wacana intelektual," ujarnya.
Dia pun kaget ketika Tim Evaluasi Kinerja Akademik (EKA) menyebutnya memiliki 327 bimbingan. Pasalnya dia sendiri tak pernah menghitung berapa jumlah mahasiswa yang pernah ia bimbing.
"Disebut bimbingan saya 327, nggak tahu saya. Saya juga alhamdulilah nggak Pernah hitung, yang jelas setiap saya naik pesawat selalu ada yang nyapa, 'saya pernah dibimbing bapak'," katanya.
Dia pun mengaku pemecatannya itu tendensius dan ambigu. Gugatan SK ke PTUN dan pelaporan ke polisi pun disebutnya untuk kepentingan bangsa Indonesia.
"Bagi saya demi kepentingan Indonesia. Djaali siapa sih, hanya guru sudah 40 tahun, berbuat sesuatu untuk negeri, hanya anak desa, hanya muridnya banyak," paparnya.
Sementara itu beberapa dosen yang ikut mendampingi Djaali juga mengatakan hal senada. Mereka tak terima Djaali diberhentikan dengan tuduhan plagiasi.
"Iya, saya juga anak bimbingan bapak (Djaali). Bisa dibilang saya itu marah ketika diberhentikan. Selama saya jadi mahasiswanya dulu sampai tanya bapak masuk nggak, kalau masuk saya kompres dulu kepala saya pakai es. Saking killernya," ujar dosen yang tak mau disebut namanya dengan mimik serius. (ams/rvk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini