"Saya memang mencintai negara indah ini dengan orang yang ramah. Saya suka membantu negara ini," ujar Anton melalui pesan singkat, Jumat (22/9/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mungkin pada suatu hari (menjadi WNI). Tapi sangat susah menjadi warga negara Indonesia," kata Anton.
![]() |
Dalam wawancara dengan detikcom, Agustus 2015, Anton mengaku mengenal Indonesia sejak usia 6 tahun saat menginjak bangku SD di Perth, Australia. Kemudian pada usia 8 tahun, Anton pertama kali berkunjung ke Indonesia dalam rangka liburan keluarga ke Bali. Disusul 7 tahun berikutnya, Anton mengikuti program pertukaran pelajar di sekolahnya untuk ke Indonesia.
"Umur 15 tahun saya ke Jakarta, membantu anak-anak di panti asuhan, di puskesmas, itu hanya 10 hari. Sejak itu saya sudah menjadi pecandu Indonesia dan sejak itu saya balik lagi. Ada teman yang ke Indonesia dan dia mengajakku memperdalam bahasaku," kenang Anton dalam perbincangan dengan detikcom pada Jumat (7/8/2015).
Salah satu hal yang membuat Anton 'kecanduan' dan kemudian mempelajari bahasa Indonesia adalah keramahan warganya. Namun dia melihat ironi di balik keramahan orang Indonesia, yakni masalah sosial yang kompleks.
"Kita bisa lihat dari negara Australia, semua orang sangat mampu dan semuanya begitu sempurna. Kita tidak punya pikiran masalah seperti yang ada di Indonesia, tunawisma ada banyak, banyak yang harus dilakukan dan mau membantu," jelas pemegang gelar sarjana sains dalam bidang anatomi dan biologi manusia dari The University of Western Australia ini.
Dalam bidang sains yang ditekuninya itu, Anton pernah menjalani program pertukaran pelajar dan belajar di bidang biologi molekuler di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, menjalani kursus singkat biologi molekuler di University of California, Los Angeles, AS, hingga menjadi peneliti riset di Lembaga Eijkman Jakarta.
Risetnya di Indonesia fokus pada virus demam (DB) dan chikungunya. Dia juga pernah mendirikan LSM Feed Indonesia, yang bertujuan memberi makan para tunawisma dan anak-anak jalanan. Dia menghimpun donasi melalui crowdfunding via kartu kredit ke PayPal di situs Feed Indonesia. Namun, kini LSM itu tak lagi aktif.
Soal seragam ojek online yang dikenakannya, pihak Go-Jek menegaskan Anton bukan merupakan salah satu mitra kerjanya. Pasalnya, Go-Jek hanya bermitra dengan warga negara Indonesia (WNI). Identitas itu ditunjukkan dengan bukti KTP saat pendaftaran menjadi mitra. (ams/fjp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini